Minggu, 02 September 2012

KEHAMILAN YANG TIDAK DIKEHENDAKI


Tugas Kelompok casework
KEHAMILAN YANG TIDAK DIKEHENDAKI

Disusun sebagai salah satu tugas
Mata kuliah : Pekerjaan Sosial dengan Individu dan Keluarga
Dosen Pembimbing :

OLEH: KELOMPOK 2
1.    YUYUN YULIA            (10.04.182)
2.    SULAEMAN MENDROFA    (10.04.059)
3.    AULIA RAMDHANI S.        (10.04.362)
4.    MUHAMMAD ALFAJRI        (10.04.314)
5.    HAERUDDIN            (10.04.176)
Kelas 2F



SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG
2012



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Unwanted Pregnancy (UWP) atau kehamilan tak diinginkan merupakan terminologi yang biasa dipakai di kalangan medis untuk memberi istilah adanya kehamilan yang tidak dikehendaki oleh wanita bersangkutan maupun lingkungannya. Umumnya UWP berkisar pada terjadinya kehamilan di luar nikah, sehingga bukan kebahagiaan yang diperoleh, tetapi sebuah penolakan akan kenyataan yang sedang dialaminya. Apakah hanya pada kondisi demikian latar belakang UWP?
Ternyata tidak. Ada beberapa kejadian yang biasanya mendahului UWP, meskipun kehamilan didapatkan dalam pernikahan. Antara lain jumlah anak sudah cukup banyak, merasa umur terlalu tua untuk hamil, riwayat kehamilan atau persalinan sebelumnya yang penuh penyulit dan komplikasi, alasan ekonomi, merasa telanjur mengonsumsi obat atau menderita kelainan yang dikhawatirkan membuat cacat pada anak, riwayat melahirkan anak cacat (mungkin lebih dari satu kali), pasangan suami-istri di ambang perpecahan, dan kegagalan penggunaan alat KB atau kontrasepsi.
Hal lain yang lebih menyedihkan adalah kehamilan hasil perkosaan atau kehamilan pada ibu cacat mental. Hasil hubungan sesama anggota keluarga sedarah (incest) kadang juga dijumpai. Masih sederet lagi alasan yang dianggap sebagai penyebab UWP bisa kita dapatkan di klinik sehari-hari, malahan kadang latar belakangnya sederhana, seperti malu dilihat tetangga karena anak bungsunya masih kecil kok sudah hamil lagi.
Sepertinya sebuah fenomena yang mengada-ada, tetapi data dari badan terpercaya seperti UNFPA (United Nations Populations Fund) mengungkap, 75 juta atau sepertiga kehamilan dari sekitar 200 juta kehamilan setiap tahun di seluruh dunia adalah kehamilan yang tidak diinginkan.
Jelas angka kejadian tersebut membuat kita terperanjat dan bisa menempatkan seberapa penting masalah tersebut untuk dipahami dan dikaji untuk dicari pendekatan pemecahannya yang terbaik.
Bagaimana sikap wanita yang mengalami UWP? Ada tiga sikap penerimaan, yaitu :
 (1) segera menerima dan meneruskan kehamilan sampai melahirkan dengan wajar saja,
 (2) mulanya menolak, tetapi kemudian menerimanya dengan beban psikologis yang mengganggu kehamilan dan proses persalinan, dan
 (3) tetap menolak dan berupaya untuk tidak meneruskan kehamilan.

Penyelesaian pertama adalah yang terbaik, tidak ada risiko menyalahi etika atau melanggar norma yang ada. Pasangan yang segera bisa menerima kehamilannya, tak akan banyak menghadapi masalah. Agar bisa menerima kehamilan segera, dituntut konsep pemikiran yang dewasa dan bijaksana, sedangkan dari pihak tenaga kesehatan dibutuhkan kemampuan melakukan konseling secara baik.
Bagi yang menerima dengan berat hati harus diperhitungkan dampak psikologis yang timbul, agar dapat dicarikan penyelesaian dan upaya mengantisipasi selama berlangsungnya kehamilan dan proses persalinan.
Selain upaya medis, harus tetap diusahakan pendekatan yang bersifat memperbaiki goncangan psikologis karena sangat berarti dalam penanganan kasus seperti ini. Tentu diharapkan wanita yang hamil tersebut dapat menerima dengan baik, dan menjalani kehamilannya secara wajar.
Pada wanita hamil dengan beban psikologis, gejala-gejala tidak mengenakkan yang sering didapatkan di masa kehamilan akan dirasakan lebih berat. Contohnya, muntah-muntah di kehamilan awal bisa dialami sangat berlebihan sampai menimbulkan komplikasi yang mengganggu kesehatan umum.
Motivasi untuk mengonsumsi nutrisi yang baik pun bisa terganggu. Kadang perhatian yang kurang terhadap kehamilan dan janin dimanifestasikan sebagai keengganan kontrol secara teratur, bahkan malas minum suplemen yang diberikan. Kualitas kesehatan janin bisa jadi tidak akan sebaik yang diharapkan.
Di akhir kehamilan gangguan emosional bisa lebih meningkat karena bertambah dengan kecemasan menjelang persalinan. Gejala depresif dan gangguan tidur dapat dialami. Kontraksi rahim bisa dirasakan berlebihan. Faktor psikologis merupakan faktor dominan yang memengaruhi berlangsungnya persalinan. Perlangsungan dan kemajuan persalinan dapat terganggu dan risiko bedah cesar meningkat.
Pasca persalinan juga bisa terpengaruh. Keengganan merawat dan memberikan air susu kepada bayinya sering ditemui. Produksi air susu juga bisa menurun. Kesemuanya akan berdampak pada kualitas kesehatan bayi.
Bagi yang sama sekali tidak menerima kehamilannya, mereka akan berusaha atau memikirkan alternatif penghentian kehamilan. Menurut laporan WHO, tiap tahun terjadi 50 juta pengguguran kandungan di seluruh dunia, 20 juta di antaranya berkategori unsafe (tidak aman) dan 95 persen dilakukan di negara berkembang. Diperkirakan 200 orang meninggal setiap hari akibat proses dan komplikasi pengguguran kandungan (abortus provokatus) di seluruh dunia.
Apa yang sebaiknya dilakukan untuk menghindari UWP? Pendidikan seks yang bijak di lingkup keluarga, sekolah, dan masyarakat mutlak diperlukan. Penyebaran pengetahuan dan menggiatkan penggunaan kontrasepsi harus ditanamkan kepada pasangan yang belum menghendaki kehamilan.
Upaya konseling yang bermutu dan pembekalan metode serta materi konseling kepada petugas kesehatan dan tokoh masyarakat sangat dibutuhkan agar dapat dipilih sikap yang terbaik bila berhadapan dengan kasus UWP.
Kalangan yang terkait kebijakan di bidang kesehatan harus menaruh perhatian pada besarnya masalah UWP dengan melakukan upaya nyata untuk menghindari kekerasan seksual terhadap wanita, mengetahui secara komprehensif dan mampu melakukan pengendalian status dan masalah reproduksi di masyarakat.


B.    TUJUAN
1.    Untuk mengetahu tentang fenomena kehamilan yang tidk dikehendaki
2.    Faktor penyebab yang terajdi pada remja yang mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki
3.    Mendapatkan informasi yang berkenaan tentang model dan teknik dalam mengatasi masalah
4.    Mencari tau solusi tentang pencegahan kehamilan remaja diluar nikah
















BAB II
FOKUS MASALAH

Untuk skala global, rata-rata angka kehamilan tak dikehendaki mencapai 55 per 1000 wanita usia 15-44 tahun pada 2008. Sekitar 47 persen memilih aborsi untuk alternatif penanganan kehamilan tak dikehendaki ini. Tingginya angka kematian ibu dan bayi terkait erat dengan kehamilan tak dikehendaki. Namun dengan pengenalan metode kontrasepsi modern, insidensi kehamilan tak dikehendaki menurun drastis, khususnya pada komunitas miskin secara ekonomi di negara berkembang. Kematian ibu melahirkan merupakan kematian ibu untuk usia kehamilan di atas 28 minggu dan ibu nifas hingga 42 hari pascamelahirkan. Angka kematian ibu melahirkan masih menjadi tantangan signifikan bagi Indonesia untuk menggapai angka kematian ibu melahirkan 102 per 100.000 kelahiran hidup pada 2015 seperti yang digariskan dalam Millennium Development Goals. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukkan angka kematian ibu melahirkan di Indonesia masih 228 per 100.000 kelahiran hidup
Dalam makalah ini kelompok kami memfokuskan pada kehamilan sebelum pernikahan di kalangan remaja. Di masa sekarang ini sangat marak kasus kehamilan sebelum pernikahan di kalangan remaja. Teknologi yang semakin canggih membuat remaja lebih mudah mengakses informasi dari mana pun. Hal ini memang berdampak positif jika remaja tersebut mampu memanfaatkannya dengan semestinya. Tapi akan berdampak negatif pula jika remaja tersebut tidak mampu mempergunakan dengan semestinya. Salah satu contohnya teknologi komunikasi yang semakin canggih yang memudahkan individu untuk berkomunikasi dengan individu lain. Remaja yang masih labil sangat mudah terjerumus ke hal-hal negatif akibat canggihnya teknologi komunikasi. Misalnya saja jejaring sosial yang belakangan banyak berdampak negatif bagi remaja. Remaja terjerumus pergaulan bebas akibat canggihnya komunikasi dan pergaulan yang semakin luas. Akibatnya banyak remaja yang terjerumus dalam dunia free sex atau seks bebas. banyak orang tua yang tidak bisa memantau anaknya secara eksklusif, sehingga banyak orang tua yang tidak tahu bahwa anaknya telah terjerumus ke hal-hal negatif.
Free sex atau seks bebas telah menjadi tren baru dikalangan remaja masa kini. Banyak remaja yang dikucilkan oleh teman-temannya karena tidak mau bergabung dalam dunia ini. Sifat remaja yang masih mementingkan kesenangan membuat banyak remaja terjerumus hanya karena ajakan atau iming-iming teman-temannya. Sehingga banyak sekali kasus remaja yang hamil sebelum nikah. Jika telah terjadi hal seperti ini, penyesalan pun akan datang dan segala cara akan di lakukan untuk menghilangakan aib dan rasa malu jika sampai diketahui lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi remaja terjerumus kehamilan yang tidak diinginkan :
1.    Kurangnya perhatian dari orang tua, hal tersebut menjadi salah satu penyebab yang yang medasar dimana pola prilaku remaja itu pertama kali dibentuk dalam keluarga.
2.    Pergaulan, lingkungan sekitar remaja menjadi acuan penting dalam mengespresikan pola tingkahlaku dimasyarakat. Jika remaja mempunyai pergaulan yang salah yang dapat menyebabkan dia terjerumus kepergaulan yang salah
3.    Kemajuan teknologi, mudahnya remaja untuk mendapatkan dan memperoleh informasi yang berbau seks dan cara pengaplikasiannya pun dipermudah dengan beragam alat kontra sepsi yang semakin meningkat.
4.    Perkembangan zaman, dengan majunya perkembangan zaman banyak tempatnya menyediakan saranan bagi remaja lebih mudah mendapatkan hal-hal yang negatif
Cara mencegah agar remaja bisa terhindar dari kehamilan yang tidak di inginkan:
1.    Orang tua yang lebih memperhatikan dan mengkontrol kondidi anaknya
2.    Pengendalian diri yang dilakukan oleh remaja, pendekatan secara spiritual lebih di tingkatkan
3.    Selektif dalam memilih teman pergaulan
4.    Bisa mengatur gaya hidup yang lebih kearah yang bermanfaat
5.    Lingkungan yang kondusif serta memberikan dampak positif bagi pertumbuhan sang remaja
6.    Mencari dam mendapatkan informasi yang berkaitan pendidikan seks
Interaksi antarpersonal antara individu pria dan wanita selain merupakan dinamika tentang kebutuhan dasar biologis, juga kesadaran membangun relasi positif antarmanusia. Namun dalam keterbatasannya, integritas seorang wanita juga perlu semakin berkembang dalam aspek edukasi masalah reproduksi dengan menyeimbangkan antara ketegasan menolak dengan kekuatan asertif terhadap pasangannya. Mengingat, wanita sering berada dalam jalur kehidupan yang penuh tarikan dan tekanan. Kondisi ini tidak lepas dari sistem sosial budaya dalam suatu komunitas, sehingga di syaratkan kepada seluruh remaja untuk dapat mencari informasi tersebut secara mendetail dalam proses pergaulanya. Hingga saat ini, belum ada pendekatan solusi yang memuaskan dalam penyelesaian kasus kehamilan yang tidak dikehendaki. Memilih jalur aborsi memberikan risiko kematian pada ibu hamil lantaran komplikasi perdarahan, infeksi, hingga kerusakan permanen pada organ reproduksi wanita yang kelak berujung pada infertilitas.  
Meneruskan kehamilan hingga melahirkan bayi, dihadapkan pula maraknya kejahatan kemanusiaan membuang bayi di tempat-tempat umum belakangan ini. Csaky (2001) menyarankan konflik dalam masalah reproduksi sebaiknya dicegah dengan upaya pencegahan kehamilan meskipun harus menggunakan kontrasepsi buatan. Meskipun utilisasi kontrasepsi menjadi sebuah minus malum dimana harus memilih yang terbaik dari berbagai pilihan yang salah, namun telah memberikan dampak positif untuk penyelamatan jiwa wanita usia reproduksi. Pada tahun 1979 sudah 31 persen wanita usia 15-49 tahun di Indonesia menggunakan alat kontrasepsi. Millennium Development Goals menggariskan pada 2015 setidaknya 61 persen wanita usia 15-49 tahun menggunakan kontrasepsi untuk pembenahan masalah kesehatan reproduksi.



















BAB III
MODEL DAN TEKNIK

A.    MODEL
Model yang digunakan dalam kasus ini adalah :
Problem Solving Model (Model Pemecahan Masalah)
Model ini dikembangkan tahun 1957 oleh Perlman di Chicago School.
Ciri dari medel problem solving adalah :
•    Identifikasi masalah oleh klien
•    Aspek-aspek subyektif dari klien dalam situasi bermasalah
•    Pemusatan pada klien dan masalahnya
•    Percarian solusi masalah
•    Pembuatan keputusan dan tindakan
Tujuan dari proses ini adalah :
•    Membebaskan klien untuk menyimpan tugas yang berhubungan dengan solusi masalah
•    Melibatkan ego klien dalam bekerja untuk menghadapi masalah dan
•    Memobilisasi kekuatan dalam dan luar pelayanan untuk kepuasan penampilan peranans

B.    TEKNIK
Dalam penanganan kasus ini digunakan teknik :
1.    Pemberian konsultasi terhadap solusi pemecahan masalah.
2.    Memberikan rasa nyaman dalam perlindungan bagi remaja yang mengalami kehamilan yng tidak dikehendaki
3.    Mencoba pendekatan yang mendalam kepada remaja yang mengalami tidakan tersebut. Sehingga remaja mengalami rasa keterbukaan kepada seorang yang membuatnya merasa tenang dan nyaman, menumbuhkan rasa percaya diri pada remaja tersebut.
4.    Memberikan konsultasi yang lebih bersikap mendalam seperti conseling dalam menangani masalah yang sedang dihadapi oleh remaja. Mencari solusi yang dapat membatu dalam menyelesaikan masalahnya.
5.    Pemberian keputusan atau kesempatan kepada sang remaja untuk menggunggkapkan keinginan yang akan ia hadapi nantinya.















BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Banyak faktor yang menyebabkan remaja mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, diantaranya sebagai berikut :
1.    Kurangnya perhatian dari orang tua, hal tersebut menjadi salah satu penyebab yang yang medasar dimana pola prilaku remaja itu pertama kali dibentuk dalam keluarga.
2.    Pergaulan, lingkungan sekitar remaja menjadi acuan penting dalam mengespresikan pola tingkahlaku dimasyarakat. Jika remaja mempunyai pergaulan yang salah yang dapat menyebabkan dia terjerumus kepergaulan yang salah
3.    Kemajuan teknologi, mudahnya remaja untuk mendapatkan dan memperoleh informasi yang berbau seks dan cara pengaplikasiannya pun dipermudah dengan beragam alat kontra sepsi yang semakin meningkat.
4.    Perkembangan zaman, dengan majunya perkembangan zaman banyak tempatnya menyediakan saranan bagi remaja lebih mudah mendapatkan hal-hal yang negatif
Model yang digunakan dalam kasus ini adalah Problem Solving Model (Model Pemecahan Masalah).
Dalam penanganan kasus ini digunakan teknik :
1.    Pemberian konsultasi terhadap solusi pemecahan masalah.
2.    Memberikan rasa nyaman dalam perlindungan bagi remaja yang mengalami kehamilan yng tidak dikehendaki
3.    Mencoba pendekatan yang mendalam kepada remaja yang mengalami tidakan tersebut. Sehingga remaja mengalami rasa keterbukaan kepada seorang yang membuatnya merasa tenang dan nyaman, menumbuhkan rasa percaya diri pada remaja tersebut.
4.    Memberikan konsultasi yang lebih bersikap mendalam seperti conseling dalam menangani masalah yang sedang dihadapi oleh remaja. Mencari solusi yang dapat membatu dalam menyelesaikan masalahnya.
5.    Pemberian keputusan atau kesempatan kepada sang remaja untuk menggunggkapkan keinginan yang akan ia hadapi nantinya.
Pendidikan seks yang bijak di lingkup keluarga, sekolah, dan masyarakat mutlak diperlukan. Penyebaran pengetahuan dan menggiatkan penggunaan kontrasepsi harus ditanamkan kepada pasangan yang belum menghendaki kehamilan. Upaya konseling yang bermutu dan pembekalan metode serta materi konseling kepada petugas kesehatan dan tokoh masyarakat sangat dibutuhkan agar dapat dipilih sikap yang terbaik bila berhadapan dengan kasus UWP.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar