TOPIK 3 :
MEMAHAMI PERILAKU ANAK
|
Pengantar
|
Modul ini akan
membahas sejumlah konsep dasar tentang
memahami perilaku anak dengan
memberikan pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan perilaku baik
anak, yaitu dengan cara memuji anak dan memberikan penghargaan saat anak
melakukan hal baik kemudian mengurangi
perilaku buruk anak, yaitu dengan mengetahui dampak negative kekerasan fisik
dan non fisik pada anak serta mengetahui berbagai cara mengurangi perilaku
buruk anak.
|
||||||
Tujuan
|
1.
Menjelaskankan
dan mempraktikkan cara-cara meningkatkan perilaku baik anak.
2.
Menjelaskan
dan mempraktikkan cara menuji anak
3.
Menjelaskan
dan mempraktikkan cara
memberikan penghargaan saat anak melakukan hal baik
4.
Mengidentifikasi
dan menjelaskan dampak megatif kekerasan fisik dan non fisik
pada anak
5.
Menjelaskan
dan mempraktikkan metode yang tepat
untuk mengurangi perilaku buruk
anak.
|
||||||
Alokasi waktu
|
120 menit dengan rincian :
1. Pembukaan
10 menit
2. Memuji
Anak 15 menit
3. Memberikan
penghargaan saat anak berkelakukan baik 20 menit
4. Dampak
negative kekerasan fisik dan non fisik pada anak 15 menit
5. Berbagai
cara untuk mengurangi/menghadapi perilaku buruk anak 50 menit
6. Penutupan
10 menit
|
||||||
Alat Bantu
|
1. Bahan bacaan/Buku Pintar
2. Flipchart
3. Brosur
4. Poster
5. Film
6. Pengeras
suara
7.
Proyektor
|
||||||
Pokok bahasan
|
1.
Meningkatkan perilaku baik anak
2.
Mengurangi perilaku buruk anak
|
||||||
Langkah kegiatan
|
|
||||||
|
Langkah
1 : Pembukaan
1.
Sampaikan
bahwa topik diskusi hari ini mengenai perilaku anak bagaimana meningkatkan
perilaku baik anak dan menghadapi perilaku buruk anak.
2.
Meminta
beberapa orang peserta untuk
menyampaikan apa saja yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
3.
Mengajak peserta untuk membuka Lembar Penugasan pada pertemuan
sebelumnya. Minta peserta menceritakan praktek pengasuhan yang telah
dillakukan di rumah, tanyakan :
a. Apa yang telah dipraktekan oleh peserta di
rumah ?
b. Bagaimana peserta melakukannya?
c. Bagaimana tanggapan yang didapatkan dari
suami dan anak?
4. Jika
ada peserta yang tidak atau belum mempraktikkan minta peserta untuk mencoba melakukan
sebelum pertemuan selanjutnya. Berikan motivasi dan sampaikan bahwa praktek
tersebut bertujuan untuk membantu anak dan orangtua agar menjadi keluarga
yang lebih bahagia.
5. Sampaikan kepada peserta-bahwa :
a.
Perilaku anak berkaitan erat dengan perasaan mereka. Sebagai contoh: anak
tertawa ketika merasa bahagia, berteriak atau marah – marah ketika merasa
kesal.
b. Semakin sering anak merasakan kebahagiaan
maka akan semakin banyak perilaku baik yang ia lakukan. Semakin sering anak
merasa frustasi semakin sering pula dia berperilaku buruk.
c.
Semakin sering orangtua memberikan perhatian pada sikap anak, akan mendorong
anak untuk selalu berperilaku baik.
Langkah
2 : Memuji Anak
1. Sampaikan bahwa pada diskusi selanjutnya kita akan
belajar bersama tentang cara memberikan perhatian bagi perilaku baik anak
2.
Meminta
kepada peserta untuk berpasang – pasangan. Minta setiap pasangan
untuk:
3.
Memikirkan
sifat baik yang paling menonjol dari anaknya (misalnya : ramah, bertanggung
jawab, sering membantu, senang berbagi).
4. Kemudian menceritakan hal tersebut kepada
pasangan diskusinya secara bergantian. Jika peserta memiliki anak lebih dari
1 (satu) orang, maka peserta harus menyampaikan sifat baik yang ada pada
setiap anak.
5. Setelah diskusi berpasangan selesai, minta
peserta bergabung dalam kelompok besar. Berikan pertanyaan berikut pada
peserta dan dengarkan jawaban dari 3-4 peserta untuk tiap pertanyaan :
a.
Berapa
banyak sifat baik anak yang mereka ingat ?
Minta peserta untuk
menyebutkan sifat baik anak mereka di depan peserta lain.
b.
Apakah
peserta pernah memuji anak karena sifat baiknya ?
c.
Bagaimana
cara peserta memuji anak?
d.
Bagaimana
reaksi anak setelah mendapat pujian ?
6.
Sampaikan
kesimpulan :
a. Perasaan anak ketika mendapat pujian sama
seperti perasaan peserta saat pertemuan yang lalu ketika mendapat pujian dari
peserta lain.
b.
Cara ke – 1 untuk meningkatkan
perilaku baik anak adalah dengan memuji perilaku baik yang dilakukan anak.
7.
Meminta
kepada peserta untuk mempraktikkan
di rumah : Memuji kebaikan masing-masing anaknya.
Langkah 3 : Memberikan penghargaan saat anak melakukan hal yang baik
1. Menayangkan film 2.a kepada peserta. Jika
tidak bisa menayangkan film, ajak peserta untuk melihatkan Lembar Kerja
cerita 2.a.
2. Ajukan
pertanyaan berikut, kemudian berikan kesempatan kepada beberapa peserta untuk
menyampaikan pendapatnya mengenai :
a. Apa yang mereka pelajari dari film tersebut
b. Apa pengaruh perilaku Bu Lili terhadap Ita
?
3. Ucapkan terimakasih kepada peserta yang menyampaikan
pendapatnya, lalu sampaikan.
4. Menyampaikan
isi Flipchart FC.2.a tentang cara
meningkatkan perilaku baik anak.
5. Minta peserta untuk mempraktikkan apa yang disampaikan di flipchart FC 2.a.
Langkah
4 : Dampak negatif kekerasan fisik dan non fisik
pada anak
1. Menyampaikan bahwa peserta akan mempelajari
tentang cara yang lebih baik dalam menghadapi perilaku buruk anak.
2. Berikan
pertanyaan berikut, lalu berikan kesempatan peserta untuk memberikan jawaban.
Tidak perlu memberikan tanggapan terhadap jawaban peserta.
a. Apakah yang dilakukan oleh orangtua
peserta ketika mereka berbuat salah di waktu kecil ?
b. Bagaimana perasaan peserta saat itu ?
3. Mengajak peserta untuk membuka kedua
telapak tangan dalam posisi terbuka ke atas dan membayangkan ada setumpuk
pasir di telapak tangan. Lalu minta peserta secara perlahan menggenggam pasir
tersebut. Semakin lama genggaman semakin erat. Lalu tanyakan: Apa yang terjadi pada pasir yang digenggam
dengan erat tersebut?
4. Biarkan
peserta memberikan jawaban mereka. Lalu sampaikan bahwa :
5.
Ketika
kita menggenggam pasir, pasir akan berjatuhan keluar dari sela-sela jari.
Semakin kuat pasir digenggam maka semakin banyak pasir yang keluar.
6. Meminta peserta untuk membayangkan bahwa pasir
tersebut adalah seorang anak yang dilahirkan ke dunia dengan segala kebaikan,
sementara tangan kita adalah orangtua. Itu adalah gambaran sikap dan perilaku
orangtua terhadap anak. Jika sang anak diperlakukan dengan kasar oleh
orangtuanya, maka lambat laun hal baik yang ada pada anak akan hilang.
7. Menyampaikan kesimpulan :
a. Kekerasan pada anak tidak menyelesaikan
masalah, kekerasan bisa membuat anak semakin tertantang untuk melakukan hal
yang salah, atau merasa melakukan hal buruk merupakan cara untuk mendapatkan
perhatian orangtua, bahkan yang lebih parah lagi, anak akan menganggap
menyakiti orang lain adalah hal yang
wajar.
b. Banyak orangtua yang merasa bingung
menghadapi perilaku buruk anak, dan pada akhirnya mengambil cara mudah dengan
menggunaka kekerasan fisik kepada anak, misalnya dengan memukul, mencubit,
menjewer; atau kekerasan non fisik, misalnya membentak, ,memaki anak,
mengancam, memelototi anak.
8.
Menyampaikan
dampak dari memperlakukan anak dengan kasar (kekerasan fisik dan non fisik)
seperti yang ada pada flipchart FC 2.b tentang dampak negatif kekerasan pada
anak.
9.
Meminta
peserta untuk mempraktikkan
di rumah : Mengendalikan diri, menahan emosi saat menghadapi perilaku
buruk anak.
Langkah 5 : Berbagai cara mengurangi perilaku buruk anak
1.
Sampaikan bahwa selanjutnya peserta akan
mempelajari cara mengurangi perilaku buruk anak tanpa menggunakan kekerasan.
2.
Menyampaikan
flipchart FC.2.c dan FC.2.d
3.
Menyampaikan
selanjutnya peserta akan belajar cara membuat aturan bersama anak serta
konsekuensi ketika anak melanggarnya, dan sikap konsisten (tegas) dari
orangtua dalam menjalankan aturan yang disepakati.
4.
Menayangkan
film 2.b kepada peserta. Jika tidak bisa menayangkan film, ajak peserta
melihat Lembar Kerja cerita 2.b.
5.
Menanyakan
kepada peserta apa yang mereka pelajari dari cerita tersebut.
6.
Mengucapkan
terima kasih kepada peserta yang telah menyampaikan pendapatnya lalu
sampaikan apa yang dapat dipelajari dari cerita tersebut :
a.
Bu Lili bersikap lembut tetapi tegas
kepada Ita, meminta Ita untuk menjalankan aturan yang telah sebelumnya.
b.
Bu Lili dan Pak Rusli berusaha tenang,
tidak menggunakan kekerasan, namun tetap tegas dalam mengatasi perilaku Agus.
Mereka juga menjelaskan bahwa perkelahian adalah tidak baik, Bu Lili juga
meminta Agus untuk memikirkan sanksi apa yang tepat atas tindakannya.
7.
Menyampaikan
selanjutnya peserta akan belajar cara memberikan waktu sejenak kepada anak
untuk menenangkan diri dan berfikir akibat dari tindakannya.
8.
Tayangkan film 2.c kepada peserta. Jika
tidak dapat menayangkan film, ajak peserta melihat Lembar Kerja cerita 2.c.
9.
Menanyakan
kepada peserta apa yang mereka pelajari dari cerita tersebut.
10. Mengucapkan terima kasih kepada peserta yang
telah menyampaikan pendapatnya, lalu sampaikan apa yang dipelajari dari
cerita tersebut.
a. Sangat wajar jika terkadang orangtua
merasa kesal dan marah karena merasa kelelahan dalam menghadapi anak. Ketika
orangtua tidak mampu mengendalikan sikapnya karena kelelahan, sebaiknya
orangtua mengambil waktu untuk menenangkan diri sejenak, baru kemudian
berikan respon terhadap perilaku anak. Agus diminta berdiri di pojok agar
Agus dan Bu Lili bisa menenangkan diri, ini
bukan sebuah hukuman.
b. Memberikan waktu bagi anak untuk
menenangkan diri setelah melakukan perbuatan buruk, akan bermanfaat ketika ia
merasa sangat marah, dengan begitu diharapkan anak dapat menenangkan diri dan
berfikir akibat dari tindakannya. Namun metode ini sebaiknya tidak digunakan
bagi anak berusia di bawah 2 tahun, karena mereka belum terlalu memahami
tujuannya.
c. Waktu untuk metode ini dapat diberikan
sesuai usia anak, misalnya 4 menit untuk anak usia 4 tahun, dan 5 menit untuk
anak usia 5 tahun.
11. Menyampaikan selanjutnya peserta akan belajar
cara untuk mengurangi perilaku anak yang bertujuan untuk mencari perhatian
saja.
12. Menayangkan film 2.d Jika tidak dapat
menayangkan film, ajak peserta melihat Lembar Kerja cerita 2.d.
13. Menanyakan kepada peserta apa yang mereka
pelajari dari cerita tersebut.
14. Mengucapkan terima kasih kepada peserta yang
telah menyampaikan pendapatnya, lalu sampaikan :
a. Terkadang anak dengan sengaja melakukan
hal – hal yang tidak hanya untuk mendapatkan perhatian orangtua saja. Selama
perbuatan anak tidak membahayakan anak maupun orang lain, maka orangtua dapat
mencoba untuk mengacuhkan perbuatan anak.
b. Orangtua diharapkan dapat menentukan
perilaku mana yang perlu mendapatkan perhatian dan mana yang tidak, sehingga
anak berhenti melakukan perilaku buruknya.
15. Selanjutnya
peserta akan praktek menggunakan berbagai cara dalam mengurangi perilaku
buruk anak.
16. Mengajak peserta untuk membentuk 3
kelompok diskusi, lalu berikan salah satu cerita di bawah ini kepada masing
masing kelompok (Lembar kerja kelompok). Menentukan siapa saja
yang akan berperan menjadi tokoh dalam
cerita tersebut, Menentukan sikap yang sebaiknya dilakukan oleh ibu
Lili dalam masing-masing cerita,
17. Memerankan cerita tersebut di hadapan kelompok lainnya.
18. Mengajak peserta lain untuk
melihat sikap yang ditunjukkan oleh ibu Lili, apakah sudah tepat?
19. Sampaikan flipchart FC.2.e.
20. Menayangkan film 2.e. Jika
tidak dapat menayangkan film, ajak peserta melihat Lembar Kerja cerita 2.e.
21. Menanyakan kepada peserta apa yang mereka pelajari daricerita tersebut
22. Mengucapkan terima kasih kepada peserta yang telah menyampaikan pendapatnya lalu
sampaikan
a. Dalam cerita tadi, Bu Lili
dan Pak
Rusli sepakat untuk
bersikap tenang namun tegas dalam
menghadapi Dewi. Bu Lili dan Pak
Rusli tidak menghakimi tindakan
Dewi, namun mereka menyampaikan akibat dari tindakan Dewi. Bu Lili memilih untuk mengatakan "lbu
dan Bapak Khawatir sekali...dan Agus jadi tidak bisa menyelesaikan
tugas sekolah" daripada mengatakan "Kamu kemana soja,
tidak ada kabar...". Dengan menyampaikan akibat dari perbuatannya, anak akan bisa menerima
bahwa ia bersalah.
b.
Bu Lili dan Pak Rusli juga memberikan kesempatan pada Dewi untuk menentukan sikapnya selanjutnya seperti
apa.
Langkah 6 : Penutupan
1. Meminta kepada ketua kelompok
untuk
menyampaikan hal-hal
penting yang telah ia pelajari hari ini. Lalu minta 2-3 peserta lain untuk menambahkan
2.
Kemudian tunjukkan flipchart FC. 2.a,
2.b, 2.c, 2.d dan 2.e. yang berisi
pesan-pesan penting didalam sesi ini.
3. Mengajak peserta melihat
Lembar Penugasan tentang praktek meningkatkan perilaku baik dan mengurangi perilaku
buruk anak. Minta
mereka untuk mencoba melakukannya dirumah.
4. Menyampaikan isi poster dan bagikan brosur
"Pintar Mengasuh Anak di Rumah". Minta peserta
untuk menyampaikan isi brosur kepada pasangan dan kerabat lainnya dirumah.
5. Mengingatkan peserta
tentang pertemuan selanjutnya yang akan meminta
peserta bercerita tentang
praktek
pengasuhan yang mereka coba lakukan dirumah. Lembar Penugasan harap dibawa
kembali.
6.
Memberikan motivasi kepada peserta
7.
Agar mau mencoba melakukan praktek
pengasuhan baru drumah besama pasangannya.
8. Menutup pertemuan dengan
mengucapkan terima kasih atas kesediaan orangtua untuk hadir dan mengikuti sesi ini
|
||||||
Lembar Kerja
|
Lembar Kerja Kelompok
POSTER
|
||||||
Lembar Penugasan
|
BROSUR
|
BAHAN BACAAN
TOPIK 4. MEMAHAMI PERILAKU ANAK
Seorang anak dilahirkan ke dunia ini bagaikan
selembar kertas putih, tanpa
mengetahui seperti apa warna dunia yang akan hadir di dalam kertas tersebut. Orangtua dan lingkungan sangat berperan
dalam memberikan warna pada kehidupan
anak. Dari orangtua
dan lingkunganlah mereka belajar mana perilaku yang
baik dan mana perilaku yang buruk. Pembentukan perilaku
atau karakter anak dimulai sejak usia dini melalui kebiasaan sehari-hari di rumah bersama orangtua, saudara kandung, keluarga lainnya dan teman
bermain, juga
di sekolah (TAS. TPA, TK, PAUD,
TPA, RA).
Cara meningkatkan perilaku baik anak
Seringkali orangtua hanya memberikan perhatian ketika anak berkelakuan buruk dan cenderung lupa memberikan perhatian
pada
perilaku baik anak. Dalam kondisi tersebut anak akan merasa
bahwa dengan melakukan hal yang buruk ia akan mendapatkan perhatian dari
orangtua. Berikut ini merupakan beberapa
cara agar orangtua
dapat meningkatkan perilaku
baik anak dan sedikit demi sedikit
akan mengurangi perilaku buruk anak:
a. Memuji perilaku
baik anak
Seorang anak memerlukan dorongan positif dari
orangtuanya, seperti sebuah tanaman yang membutuhkan air untuk terus hidup. Dorongan
positif ini dapat diberikan melalui
pujian. Jangan ragu untuk memuji anak
atau
memberitahu kepada anak bahwa orangtua merasa
senang akan hal
baik yang telah dilakukan anak.
Ketika orangtua
sering menunjukkan rasa senang, mengucapkan pujian dan terima kasih
setelah anak melakukan hal baik atau setelah anak
melakukan hal yang diharapkan orangtua, maka anak akan mengetahui mana perilaku yang baik dan mana yang tidak baik. Selain
itu anak juga akan terdorong untuk melakukan lagi hal baik tersebut. Namun jika
orangtua tidak memberikan respon yang baik (memuji) terhadap
perilaku baik tersebut, maka anak akan menganggap
hal yang dilakukannya tersebut tidaklah penting
b. Memberikan penghargaan
Jika orangtua merasa anak telah melakukan sesuatu yang baik, tidak ada salahnya sesekali memberikan penghargaan kepada anak.
Saat anak mendapatkan penghargaan karena ia telah melakukan
hal baik maka penghargaan tersebut akan mejadi
motivasi bagi anak untuk terus melakukan hal baik tersebut. Orangtua bisa memberikan penghargaan sederhana dan tidak memerlukan biaya mahal, misalnya memijat anak, memasak makanan kesukaannya atau mengajaknya bermain bersama.
Namun, orangtua juga perlu cermat
dalam memberikan penghargaan kepada
anak.
Seringkali anak
berusaha mendapatkan apa yang diinginkannya
dengan
menangis,
menjerit, berteriak, memukul, dan sebagainya. Hal tersebut membuat orangtua menjadi
bingung, tidak sabar,
dan kesal menghadapi mereka,
bahkan terkadang merasa malu, dan pada akhirnya menuruti permintaan anak. Anak
menggunakan
cara-cara
tersebut karena ia belum tahu seperti apa seharusnya bersikap
dengan lebih baik
jika ia menginginkan sesuatu. Orangtua
dapat mengatakan dengan tegas kepada anak bahwa ia akan mendapatkan apa yang
diinginkannya hanya jika ia berkelakuan baik.
Selain itu, menceritakan hal baik yang
telah dilakukan anak kepada anggota keluarga
lainnya dihadapan anak tersebut akan membuat anak merasa ia mendapatkan dukungan
dari seluruh anggota
keluarga untuk terus
berbuat baik.
Dampak dari kekerasan fisik dan non fisik terhadap anak
Banyak orangtua yang merasa bingung menghadapi perilaku
buruk anak hingga pada akhirnya mengambil cara singkat dengan
menggunakan kekerasan kepada anak, misalnya dengan
memukul, mencubit, menjewer,
membentak dan memaki anak. Orangtua berfikir bahwa dengan
menggunakan kekerasan maka anak akan berhenti
melakukan hal buruk, padahal tanpa disadari kekerasan tersebut tidak menghentikan perilaku
buruk melainkan membuat anak
semakin
merasa
tertantang untuk
melakukan lagi perilaku buruk tersebut. Lebih jauh lagi, tindakan tersebut dapat memunculkan perilaku buruk lainnya.
Orangtua
perlu
mengetahui
dampak
dari
menggunakan kekerasan (terutama dampak
kekerasan fisik
kepada anak}, diantaranya adalah:
• Anak akan menganggap bahwa memukul, mencubit, atau menyakiti orang lain adalah hal yang boleh
dilakukan ketika
merasa marah
• Memukul dapat menyakiti
tubuh anak. Orangtua terkadang tidak menyadari kekuatan yang digunakan saat memukul seseorang yang tubuhnya jelas lebih kecil dari orang
dewasa
• Kekerasan
tidak mengajarkan kepada anak bagaimana cara merubah perilaku buruk mereka, tetapi
membuat anak
merasa takut kepada
orangtua, merasa dipermalukan dan bingung. Bahkan terkadang anak mencari cara agar tidak ketahuan
orangtua bahwa ia masih melakukan
kebiasaan buruknya tersebut.
Bagi anak yang mencari perhatian
dengan melakukan hal-hal
buruk, kekerasan fisik yang dilakukan orangtua akan menjadi bentuk perhatian yang dicarinya. Anak akan beranggapan bahwa daripada ia tidak mendapatkan perhatian sama sekali maka lebih baik ia bertingkah buruk agar mendapat perhatian.
•
Kekerasan dapat menyebabkan anak menjadi agresif,
pemarah, dan tidak
patuh.
Mengurangi perilaku buruk anak tanpa menggunakan kekerasan
harus disesuaikan dengan
usia anak. Misalnya bagi anak usia di bawah 2 tahun akan lebih efektif jika orangtua mengubah
lingkungan sekitar anak agarmenjadi lebih aman sehingga
ia terhindar dari melakukan hal-hal yang
membahayakan. Sementara bagi anak yang lebih besar, perilaku buruk dapat dikurangi
dengan memberikan penjelasan terhadap
akibat dari perilakunya tersebut dan membuat
peraturan bersama. Hal tersebut akan lebih baikdaripada hanya memberikan hukuman ('Parent Effectiveness Training, Thomas
Gordon, 2000)
Selain informasi yang disediakan pada Flipchart
FC.2.C, berikut ini adalah beberapa cara lain yang dapat dilakukan
orangtua untuk menghindari anak melakukan hal yang
tidak diharapkan oleh orangtua:
• Menyediakan kesempatan bermain yang banyak (kegiatan positif). Ketika
anak
disibukkan dengan melakukan
hal yang disukainya (bermain), maka mereka akan terhindar dari
kemungkinan melakukan hal-hal yang
"menggangu" orangtua.
• Membatasi
kegiatan anak yang akan mengganggu atau kurang baik. Ada
saat dimana orangtua
sebaiknya
membatasi kegiatan anak untuk
menghindari
anak menjadi
terlalu Ielah dan membuatnya menjadi
"rewel". Misalnya saat mendekati
waktu tidur. Terkadang, tanpa sadar orangtua mengajak
anak untuk melakukan banyak hal seperti terlalu
banyak bermain sesaat sebelum
anak tidur, kemudian
saat tidur, orangtua berharap
anak menjadi tenang dan bisa dikontrol. Pada saat seperti
itu sebaiknya orangtua
berusaha mengurangi kegiatan
anak,
mengajaknya
mulai membereskan mainan terlebih dahulu, menggendong anak yang
masih kecil,
membuat mereka lebih santai. Orangtua juga dapat memberikan kesempatan dan peringatan lebih awal sebelum
anak akan melakukan aktivitas
selanjutnya, misalnya saat waktu untuk tidur telah tiba sedangkan anak masih sibuk
bermain, orangtua dapat
mengingatkan lebih awal dengan mengatakan "5 menit lagi
kita akan tidur, besok
kamu bisa bermain lagi".
Cara mengurangi perilaku buruk anak
Ketika anak sudah lebih besar, yaitu telah memahami instruksi
sederhana dari orangtua, orangtua
dapat menggunakan "kata-kata" atau kalimat sederhana untuk
mengatasi perilaku buruk anak. Metode untuk mengatasi
anak yang lebih besar (di atas
2 tahun dan memasuki usia remaja) dapat dipelajari pada Flipchart FC.2.D dan FC 2.E, juga
dapat dipelajari dari film film
yang diputar pada langkah 5 di atas.
Yang terpenting adalah orangtua memiliki sikap
dan
tindakan
yang konsisten dalam menghadapi perilaku
anak. .Sikap konsisten dari orangtua
sangat menentukan perubahan perilaku buruk anak. Maksudnya adalah ketika anak
dan orangtua sudah menyepakati akibat atau hal apa yang akan diterimanya jika berkelakuan buruk maka orangtua harus
tetap melaksanakan hal tersebut.
Anak
pasti akan menc:oba untuk tidak
mematuhi kesepakatan yang telah dibuat, namun orangtua
harus tetap bisa secara
konsisten (tegas) menerapkan apa yang telah disepakati
bersama.