Selasa, 26 November 2013

Kebersamaan praktikum 2 di PSBL Phala Martha Sukabumi

Pada tanggal 1 oktober 2013 praktikan Mahasiswa STKS Bandung melakukan praktikum 2 di Panti Sosial PSBL PHALA MARTHA SUKABUMI.


 Gambaran Umum Lembaga
1.    Nama dan alamat lembaga
Nama Lembaga : PANTI SOSIAL BINA LARAS “PHALA MARTHA” SUKABUMI yang beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 130 Telp. (0266) 531033 Fax. (0266) 536053 Sukabumi.
2.    Sejarah singkat lembaga
Berdasarkan catatan yang terdapat dalam booklet Panti Phala Martha ( dikeluarkan oleh Dirjen Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial, Direktorat Rehabilitasi Penca, Jakarta 1979, adalah sebagai berikut :
Mula-mula Panti ini didirikan pada tanggal 13 Januari 1945, adalah sebagi rumah penampungan korban perang dunia II, yang terdiri dari orang terlantar, gelandangan, tuna wisma, tuna susila, dan cacat. Sejak terjadinya aksi polisionil Belanda ke dua, maka rumah penampungan tersebut diselenggarakan oleh Nederlandscehe Rode Kruis Afdeeling Indonesia atau NERKA I. Pada saat penyerahan kedaulatan Negara Republik Indonesia tahun 1950, rumah penampungan ini diserahkan kepada Jawatan Sosial Kabupaten Sukabumi dengan nama Rumah Perawatan Sosial.
Pada tanggal 1 April 1953 rumah perawatan ini mengalami perubahan pelaksanaan tugas, yaitu penghuninya khusus dewasa, ditambah dengan penghuni wanita tuna susila. Pada tanggal 30 September 1954, dengan adanya perubahan struktur organisasi jawatan Bimbingan dan Perawatan Sosial, maka penghuni wanita tuna susila dipindahkan ke Depok, dan penghuni sisanya ( tuna wisma, tuna karya dan lemah ingatan) tetap di Kebon Randu Cibadak. Pada saat ini pula diberi nama Rumah Perawatan Sosial “Phala Martha”.
Nama ini diberikan oleh Bapak Sukasah, yang berarti hasil perbuatan. Jadi Phala Martha (berasal dari bahasa sansekerta) dimaksudkan sebagai tempat untuk menghasilkan perbuatan manusia kepada sesama manusia yang menderita. Berdasarkan PP No. 5 tahun 1958, tentang penyerahan Tugas-Tugas Dibidang Sosial kepada Daerah Otonom Tingkat I, maka tanggung jawab Panti Sosial Phala Martha berada dibawah kantor perwakilan Departemen Sosial Propinsi Jawa Barat, dan khusus menyantun penderita cacat mental (lemah ingatan).
Berdasarkan S.K. Mensos Nomor HUK 3-1-5/3 tanggal 8 Januari 1970 dan Nomor HUK 3-1-20/36 tanggal 25 Februari 1970, Panti Penyantunan “Phala Martha” di tetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Depsos R.I. Cq. Dirjen Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial. Sejak tanggal 29 Juli 1974 mulai dilakukan kerjasama dengan Depkes R.I. cq. Direktorat Kesehatan Jiwa dalam usaha rehabilitasi dan penanggulangan penderita penyakit jiwa yang berasal dari RSJ. (khususnya RSJ. Bogor).
Tanggal 24 Januari 1978 di tandatangani Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menkes R.I., Mensos R.I., dan Mentri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi dengan Nomor 24/Men.Kes/SK/I/1978, No.K/94-III/78/MS dan No.Kep-36/Men/78 tentang Pelenggaraan Usaha Rehabilitasi Penderita Cacat Mental. Panti ini ditetapkan sebagai UPT Depsos bekerjasama dengan RSJ. Sebagai UPT Depkes. Ketetapan ini lebih dipertegas lagi dengan surat Bapak Direktur Direktorat Penderita Cacat tanggal 2 Februari 1981 No.13/RPC/III/81 bahwa PRPCM “Phala Martha” Cibadak supaya lebih mengutamakan pelayanan terhadap penderita cacat mental eks psikotik.
Berdasarkan keputusan Direktur Jendral Bina Rehabilitasi Sosial Nomor 06/KEP/BRS/IV/1994, tentang Nama-Nama Pusat/Balai dan Panti Sosial Dilingkungan Direktorat Bina Rehabilitasi Sosial, maka nama Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Mental “Phala Martha” berubah menjadi Panti Sosial Bina Laras PHALA MARTHA. Berdasarkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penanganan Masalah Sosial Penyandang Cacat Mental Eks Penderita Psikotik di dalam Panti, yang dilakukan oleh Direktorat Rehabilitasi Penyandang Cacat, tahun 1985 dan tahun 1990 maka sasaran garapan dari Panti Phala Martha adalah penyandang cacat mental Eks Psikotik. 
Penyandang cacat mental eks psikotik merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang mempunyai kedudukan, hak, kewajiban, dan peran yang sama dengan masyarakat Indonesia lainnya di segala aspek kehidupan dan penghidupan. Untuk mewujudkan kesamaan  kedudukan, hak, kewajiban, dan peran penyandang cacat mental eks psikotik diperlukan sarana dan upaya yang lebih memadai, terpadu, dan berkesinambungan yang pada akhirnya akan meciptakan kemandirian dan kesejahteraan penyandang cacat.
Panti Sosial bina Laras (PSBL) “Phala Martha” Sukabumi adalah Panti rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat mental Eks Psikotik yang terletak di Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi yang mempunyai tugas memeberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang meliputi  bimbingan fisik, mental sosial, pelatihan keterampilan, resosialisasi, dan bimbingan lanjut bagi penyandang cacat mental eks psikotik agar mampu hidup selaras dengan lingkungan sekitarnya dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Panti Sosial Bina Laras “Phala Martha” Sukabumi berdiri pada tahun 1945 berawal sebagai tempat penampungan korban perang, kemudian menjadi tempat penampungan berbagai masalah kesejahteraan sosial. Setelah Depeartemen Sosial RI eksis kembali pada tahun 2001 maka, Panti Sosial Bina Laras “Phala Martha” Sukabumi melalui keputusan Menteri Sosial RI Nomor 59/HUK/2003 tepat sebagai pelayanan dan rehabilitasi khusus bagi epnyandang cacat mental eks psikotik dan merupakan salah satu unit pelaksana teknis dibawah Departemen Sosial RI yang bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial.

RAS DAN KELAS dalam Pekerja Sosial Dalam Multikultur

PERBEDAAN MENJADIKAN KITA SATU !!!
^_^
Ras adalah pengelompokan manusia berdasarkan ciri-ciri luar atau fisiknya saja, seperti warna kulit, rambut, bentuk hidung, kepala, postur tubuh, serta susunan gigi. Satu hal yang sama pada setiap manusia adalah kesamaan selnya; yang membedakan manusiadari binatang. Para pakar menyebutkan bahwa ras manusia merupakan karakteristik luar yang diturunkan secara genetik dan membedakan satu kelompok dari kelompok lainnya. Persebaran manusia yang ada di Indonesia begitu beraneka ragam rasnya, mulai dari Pulau Sumatera di wilayah paling barat sampai Pulau Papua yang paling timur.Keanekaragaman ini ternyata tidak terlepas dari berbagai faktor sejarah dan geografis yang mempengaruhinya.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
A.    RAS
1.    Definisi Ras
Ras adalah pengelompokan manusia berdasarkan ciri-ciri luar atau fisiknya saja,seperti warna kulit, rambut, bentuk hidung, kepala, postur tubuh, serta susunan gigi. Satuhal yang sama pada setiap manusia adalah kesamaan selnya; yang membedakan manusiadari binatang. Para pakar menyebutkan bahwa ras manusia merupakan karakteristik luar yang diturunkan secara genetik dan membedakan satu kelompok dari kelompok lainnya.

2.    Macam-macam Ras Manusia di Dunia
Oleh para pakar Ras Manusia disebut karakteristik luar yang diturunkan secara genetik dan membedakan satu kelompok dari kelompok lainnya.
Secara tradisional oleh para pakar dibedakan ada tiga ras utama yaitu:
a.    Ras Kulit Hitam
b.    Ras Kulit Putih
c.    Ras Kulit Kuning

Namun setelah diteliti lebih lanjut ternyata pembagian ras manusia dapat dikategorikan secara lebih rinci lagi menjadi:
a.    Ras Khoisan (orang Bushmen atau Hottentot dari Afrika Selatan)
b.    Ras Australoid (orang Dravida, orang Asia Tenggara "Asli", orang Papua, dan orang Australia)
c.    Ras Negroid (Kulit Hitam)
d.    Ras Kaukasoid (Kulit Putih)
e.    Ras Mongoloid (Kulit Putih)

Pembagian baru ini tidak hanya melihat ke warna kulit saja tetapi juga melihat aspek-aspek lainnya. Ternyata anggota "tertua" ras manusia berada di antara kaum Khoisan, mereka juga berbeda dengan kaum kulit hitam dari Afrika lainnya. Sementara itu sebenarnya hanya ada dua perbedaan utama, yaitu orang Afrika dan orang non-Afrika. Kemudian orang-orang berkulit hitam di daerah Asia Tenggara yang pada zaman dahulu kala mendiami seluruh India Selatan, Asia Tenggara sampai ke Australia, ternyata setelah DNA-nya diteliti lebih mirip dengan orang dari ras Mongoloid daripada Negroid, meski banyak yang berambut keriting dan berkulit hitam. Kesimpulan yang bisa ditarik ialah hanya bahwa pengetahuan kita mengenai ras manusia masih diliputi banyak ketidakjelasan.
Ras Australoid adalah nama ras manusia yang mendiami bagian selatan India, Sri Lanka, beberapa kelompok di Asia Tenggara, Papua, kepulauan Melanesia dan Australia.
Untuk kelompok di Asia Tenggara, orang Asli di Malaysia dan orang Negrito di Filipina termasuk ras ini.
Ciri khas utama ras ini ialah bahwa mereka berambut keriting hitam dan berkulit hitam. Namun beberapa anggota ras ini di Australia berambut pirang dan rambutnya tidaklah keriting melainkan lurus. Selain itu beberapa orang Asli di Malaysia kulitnya juga tidak selalu hitam dan bahkan menjurus putih.
Ras Kaukasoid adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah, Pakistan dan India Utara. Keturunan mereka juga menetap di Australia, Amerika Utara, sebagian dari Amerika Selatan, Afrika Selatan dan Selandia Baru.
Anggota ras Kaukasoid biasa disebut "berkulit putih", namun ini tidak selalu benar. Oleh beberapa pakar misalkan orang Ethiopia dan orang Somalia dianggap termasuk ras Kaukasoid, meski mereka berambut keriting dan berkulit hitam, mirip dengan anggota ras Negroid. Namun mereka tengkoraknya lebih mirip tengkorak anggota ras Kaukasoid.

Ras Khoisan adalah ras manusia yang mendiami daerah barat daya Afrika, terutama di Namibia, Botswana dan Afrika Selatan. Meski jumlah anggota ras ini tinggal beberapa ratus ribu, ras ini adalah ras yang sangat menarik sebab dianggap ras tertua atau cabang pertama yang berpisah dari ras utama manusia lainnya.
Ras Mongoloid adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar di lepas pantai timur Afrika, beberapa bagian India Timur Laut, Eropa Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Oseania.
Anggota ras Mongoloid biasa disebut "berkulit kuning", namun ini tidak selalu benar. Misalkan orang Indian di Amerika dianggap berkulit merah dan orang Asia Tenggara seringkali berkulit coklat muda sampai coklat gelap.
Ciri khas utama anggota ras ini ialah rambut berwarna hitam yang lurus, bercak mongol pada saat lahir dan lipatan pada mata yang seringkali disebut mata sipit. Selain itu anggota ras manusia ini seringkali juga lebih kecil dan pendek daripada ras Kaukasoid.
Ras Negroid adalah ras manusia yang terutama mendiami benua Afrika di sebelah selatan gurun Sahara. Keturunan mereka banyak mendiami Amerika Utara, Amerika Selatan dan juga Eropa serta Timur Tengah.
Ciri khas utama anggota ras negroid ini ialah kulit yang berwarna hitam dan rambut keriting. Meski begitu anggota ras Khoisan dan ras Australoid, meski berkulit hitam dan berambut keriting tidaklah termasuk ras manusia ini.

3.    Persebaran Ras di Indonesia
Persebaran ras di Indonesia sudah ada sejak zaman es. Pada zaman es wilayah Indonesia bagian barat masih bersatu dengan benua Asia sedangkan daerah bagian timur bersatu dengan benua Australia. Pada masa itu telah tersebar 2 ras di Indonesia, yaitu :
a.    Ras Mongoloid
Ras ini berasal dari daerah Asia Tengah (Mongoloid). Pada zaman es ini ras mongoloid tersebar di daerah Indonesia bagian Barat meliputi pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan. Dengan arus persebaran sebagai berikut.
Dari Mongolia menuju ke daerah- daerah dia Asia Tenggara seperti Vietnam, Laos, Thailand, Malaysia, Singapura, baru menuju ke Indonesia bagian barat.
Semua ditempuh melalui jalar darat sebab saat itu bagian barat Indonesia masih bersatu dengan benua Asia Tenggara. Pada perkembangan selanjutnya terbentuklah pulau-pulau di Indonesia bagian barat seperti Sumatra, Kalimantan dan Jawa, daratan yang menjadi lautan disebut paparan sunda.
b.    Ras Austroloid
Ras ini berpusat di Australia dan menyebar ke Indonesia bagian Timur khususnya wilayah Papua/Irian Jaya. Persebaran ke daerah inipun dilakukan melalui darat sebab saat itu papua masih bersatu dengan benua Australia perkembangannya daratan yang menjadi lautan disebut paparan sahul.
Sementara itu daerah di zone Wallacea seperti Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku merupakan daerah penyaringan bagi migrasi manusia dan fauna dari paparan sunda ke paparan sahul maupun sebaliknya sehingga sangat terbatas sekali ras yang dapat masuk ke wilayah ini.
Jadi awalnya ras nenek moyang bangsa Indonesia adalah ras Mongoloid dan ras Austroloid.
Perkembangan selanjutnya pada tahun 2000 SM mulai terjadi migrasi/ perpindahan ras dari berbagai daerah ke Indonesia, yaitu :
a.    Migrasi pertama, Ras Negroid
Ciri dari ras berkulit hitam, bertubuh tinggi, dan berambut keriting. Ras ini datang ini dari Afrika. Di Indonesia ras ini sebagian besar mendiami daerah Papua. Keturunan ras ini terdapat di Riau (pedalaman) yaitu suku Siak (Sakai), sertasuku Papua melanesoid mendiami Pulau Papua dan Pulau Melanesia.
b.    Migrasi kedua, Ras Weddoid
Ciri ras ini adalah berkulit hitam, bertubuh sedang, dan berambut keriting. Ras ini datang dari India bagian selatan. Keturunan ras ini mendiami kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara Timur (Kupang).
c.    Migrasi Ketiga, Ras Melayu Tua (Proto Melayu)
Ciri ras ini adalah berkulit sawo matang, bertubuh tidak terlalu tinggi, dan berambut lurus. Ras ini termasuk dalam Ras Mongoloid (sub ras Malayan Mongoloid) berasal dari daerah Yunan (Asia Tengah) masuk ke Indonesia melalui Hindia Belakang (Vietnam)/ Indo Cina baru selanjutnya ke Indonesia.
Di Indonesia Ras ini menyebar melalui 2 Jalur sesuai dengan jenis kebudayaan Neolithikum yang dibawanya, yaitu.
1)    Jalur pertama, melalui jalur barat dan membawa kebudayaan berupa kapak persegi. Dengan menempuh jalur darat dari Yunan mereka menuju ke Semenanjung Melayu melalui Thailand selanjutnya menuju ke Sumatra, Jawa, Bali, ada pula yang menuju Kalimantan dan berakhir di Nusa Tenggara. Sehingga di daerah tersebut banyak ditemukan peninggalan berupa kapak persegi/ beliung persegi.
Keturunan Proto Melayu yang melalui jalur ini adalah masyarakat/Suku Batak , Nias(Sumatra Utara), Mentawai (Sumatra Barat), Suku Dayak (Kalimantan), dan Suku Sasak (Lombok).

2)    Jalur kedua, melalui jalur timur dan membawa kebudayaan berupa kapak lonjong. Dengan menempuh jalur laut dari Yunan (Teluk Tonkin) menyusuri Pantai Asia Timur menuju Taiwan, Filipina, kemudian ke daerah Sulawesi, Maluku, ke Irian selanjutnya sampai ke Australia. Peninggalan kapak lonjong banyak ditemukan di Papua. Keturunan Proto Melayuyang melalui jalur ini adalah suku Toraja (Sulawesi Selatan), Suku Papua (Irian), Suku Ambon, Ternate, Tidore (Maluku).

d.    Migrasi Keempat, Ras Melayu Muda (Deutro Melayu)
Sekitar 500 SM datang migrasi dari ras Deutro Melayu dari daerah Teluk Tonkin, Vietnam selanjutnya mendesak keturunan ras Proto Melayu yang telah menetap lebih dahulu dan masuk Indonesia menyebar keberbagai daerah baik di pesisir pantai maupun pedalaman.
Mereka masuk membawa kebudayaan yang relatif lebih maju yaitu kebudayaan logam terutama benda-benda dari Perunggu, seperti nekara, moko, kapak corong, dan perhiasan. Hasil kebudayaan ras ini sangat terpengaruh dengan kebudayaan asalnya dari Vietnam yaitu Budaya Dongson. Tampak dengan adanya kemiripan antara artefac perunggu di Indonesia dengan di Dongson.
Keturunan dari Deutro Melayu yaitu suku Minang (Sumatra barat), Suku Jawa, dan Suku Bugis (Sulawesi Selatan). Ras ini pada perkembangannya mampu melahirkan kebudayaan baru yang selanjutnya menjadi kebudayaan bangsa Indonesia sekarang.
Migrasi dari berbagai macam ras tersebut perkembangannya saling berbaur/bercampur hingga menghasilkan berbagai macam suku dengan beraneka ragam cirinya. Keanekaragaman tersebut disebabkan karena perbedaan keadaan alam (letak geografis, iklim), Makanan(nutrisi), dan terjadi perkawinan campur.
Sehingga secara umum ciri fisik masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut :
-    Tinggi badan berkisar antara 135-180 cm,
-    Berat badan berkisar antara 30-75 kg,
-    Warna kulit berkisar antara kuning langsat dan coklat hitam,
-    Warna rambut antara coklat dan hitam,
-    Bentuk rambut antara lurus dan keriting.




B.    KELAS
3.    Definisi Kelas
Berdasarkan karakteristik Stratifikasi sosial, dapat kita temukan beberapa pembagian kelas atau golongan dalam masyarakat. Istilah kelas memang tidak selalu memiliki arti yang sama, walaupun pada hakekatnya mewujudkan sistem kedudukan yang pokok dalam masyarakat. Pengertian kelas sejalan dengan pengertian lapisan tanpa harus membedakan dasar pelapisan masyarakat tersebut.
Kelas Sosial atau Golongan sosial mempunyai arti yang relatif lebih banyak dipakai untuk menunjukkan lapisan sosial yang didasarkan atas kriteria ekonomi.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.

4.    Klasifikasi Kelas Sosial
Pembagian Kelas Sosial terdiri atas 3 bagian yaitu:
a.    Berdasarkan Status Ekonomi
Aristoteles membagi masyarakat secara ekonomi menjadi kelas atau golongan:
-    Golongan sangat kaya
-    Golongan kaya dan
-    Golongan miskin
Golongan pertama : merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat. Mereka terdiri dari pengusaha, tuan tanah dan bangsawan.
Golongan kedua : merupakan golongan yang cukup banyak terdapat di dalam masyarakat. Mereka terdiri dari para pedagang, dsbnya.
Golongan ketiga : merupakan golongan terbanyak dalam masyarakat. Mereka kebanyakan rakyat biasa.

Karl Marx juga membagi masyarakat menjadi tiga golongan, yakni:
-    Golongan kapitalis atau borjuis : adalah mereka yang menguasai tanah dan alat produksi.
-    Golongan menengah : terdiri dari para pegawai pemerintah.
-    Golongan proletar : adalah mereka yang tidak memiliki tanah dan alat produksi. Termasuk didalamnya adalah kaum buruh atau pekerja pabrik.
Menurut Karl Marx golongan menengah cenderung dimasukkan ke golongan kapatalis karena dalam kenyataannya golongan ini adalah pembela setia kaum kapitalis. Dengan demikian, dalam kenyataannya hanya terdapat dua golongan masyarakat, yakni golongan kapitalis atau borjuis dan golongan proletar.

Pada masyarakat Amerika Serikat, pelapisan masyarakat dibagi menjadi enam kelas yakni:
-    Kelas sosial atas lapisan atas ( Upper-upper class)
-    Kelas sosial atas lapisan bawah ( Lower-upper class)
-    Kelas sosial menengah lapisan atas ( Upper-middle class)
-    Kelas sosial menengah lapisan bawah ( Lower-middle class)
-    Kelas sosial bawah lapisan atas ( Upper lower class)
-    Kelas sosial lapisan sosial bawah-lapisan bawah ( Lower-lower class)
Kelas sosial pertama : keluarga-keluarga yang telah lama kaya.
Kelas sosial kedua : belum lama menjadi kaya
Kelas sosial ketiga : pengusaha, kaum professional
Kelas sosial keempat : pegawai pemerintah, kaum semi profesional, supervisor, pengrajin terkemuka
Kelas sosial kelima : pekerja tetap (golongan pekerja)
Kelas sosial keenam : para pekerja tidak tetap, pengangguran, buruh musiman, orang bergantung pada tunjangan.

Dalam masyarakat Eropa dikenal 4 kelas, yakni:
-    Kelas puncak (top class)
-    Kelas menengah berpendidikan (academic middle class)
-    Kelas menengah ekonomi (economic middle class)
-    Kelas pekerja (workmen dan Formensclass)
-    Kelas bawah (underdog class)

b.    Berdasarkan Status Sosial
Kelas sosial timbul karena adanya perbedaan dalam penghormatan dan status sosialnya. Misalnya, seorang anggota masyarakat dipandang terhormat karena memiliki status sosial yang tinggi, dan seorang anggota masyarakat dipandang rendah karena memiliki status sosial yang rendah.
Contoh :
Pada masyarakat Bali, masyarakatnya dibagi dalam empat kasta, yakni Brahmana, Satria, Waisya dan Sudra. Ketiga kasta pertama disebut Triwangsa. Kasta keempat disebut Jaba. Sebagai tanda pengenalannya dapat kita temukan dari gelar seseorang. Gelar Ida Bagus dipakai oleh kasta Brahmana, gelar cokorda, Dewa, Ngakan dipakai oleh kasta Satria. Gelar Bagus, I Gusti dan Gusti dipakai oleh kasta Waisya, sedangkan gelar Pande, Khon, Pasek dipakai oleh kasta Sudra.

c.    Berdasarkan Status Politik
Secara politik, kelas sosial didasarkan pada wewenang dan kekuasaan. Seseorang yang mempunyai wewenang atau kuasa umumnya berada dilapisan tinggi, sedangkan yang tidak punya wewenang berada dilapisan bawah. Kelompok kelas sosial atas antara lain:
-    pejabat eksekutif, tingkat pusat maupun desa
-    pejabat legislatif
-    pejabat yudikatif
Pembagian kelas-kelas sosial dapat kita lihat dengan jelas pada hirarki militer.
-    Kelas Sosial Atas (perwira)
Dari pangkat Kapten hingga Jendral
-    Kelas sosial menengah (Bintara)
Dari pangkat Sersan dua hingga Sersan mayor
-    Kelas sosial bawah (Tamtama)
Dari pangkat Prajurit hingga Kopral kepala.

Senin, 18 November 2013

CASE WORK


TEKNIK-TEKNIK DALAM PEKERJAAN SOSIAL DENGAN INDIVDU DAN KELUARGA.

Naomi Brill menyatakan bahwa terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan oleh pekerja sosial dalam menangani klien individu dan keluarga. Teknik-teknik tersebut adalah :

1.  Small Talk
           Teknik ini digunakan oleh pekerja sosial pada saat kontak permulaan dengan klien. Tujuan utama small talk adalah terciptanya suatu suasana yang dapat memberikan kemudahan bagi keduanya untuk melakukan pembicaraan sehingga hubungan selanjutnya dalam proses intervensi akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Biasanya small talk dimulai oleh pekerja sosial untuk membuka agar klien dapat berbicara. 

     2.  Ventilation     
           Teknik ini digunakan oleh pekerja sosial untuk membawa ke permukaan perasaan-perasaan dan sikap-sikap yang diperlukan, sehingga perasaan-perasaan dan sikap-sikap tersebut dapat mengurangi masalah yang dihadapi klien. Pekerja sosial dituntut untuk dapat menyediakan kemudahan bagi klien dalam mengungkapkan emosinya secara terbuka. Tujuan ventilation adalah untuk menjernihkan emosi yang tertekan karena dapat menjadi penghalang bagi gerakan positif klien. Dengan membantu klien menyatakan perasaan-perasaannya, maka pekerja sosial akan lebih siap melaksanakan tindakan pemecahan masalah serta dapat memusatkan perhatiannya pada perubahan pada diri klien.

      3. Support
           Teknik ini mengandung arti memberikan semangat, menyokong dan mendorong aspek-aspek dari fungsi klien, seperti kekuatan-kekuatan internalnya, cara berperilaku dan hubungannya dengan orang lain. Support harus didasarkan pada kenyataan dan pekerja sosial memberikan dukungan terhadap perilaku atau kegiatan-kegiatan positif dari klien. Pekerja sosial harus membantu klien apabila klien mengalami kegagalan dan sebaliknya lebih mendorong klien apabila berhasil. Sebaiknya pekerja sosial menyatakan terlebih dahulu aspek-aspek yang positif sebelum menyatakan aspek-aspek negatif dari situasi yang dialami klien.

      4.  Reassurance 
           Teknik ini digunakan untuk memberikan jaminan kepada klien bahwa situasi yang diperjuangkannya dapat dicapai pemecahannya dan klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah-masalahnya. Reassurance harus dibuat realistic dan tidak dapat dilakukan terhadap kenyataan yang tidak benar. Pekerja sosial harus memberikan reassurance dalam waktu yang tepat dan memberikan kesempatan kepada klien untuk menyatakan perhatian dan kegagalannya secara wajar, oleh karena itu reassurance dilaksanakan dengan kesadaran bahwa penyesuaian dapat dilakukan dalam setiap situasi. Reassurance digunakan dengan menghargai kemampuan-kemampuan, perasaan-perasaan dan pencapaian-pencapaian klien.

     5.  Confrontation
           Teknik ini digunakan pada saat klien menghadapi situasi sulit yang bertentangan dengan kenyataan. Pekerja sosial harus mengetahui bagaimana keadaan klien, mendinginkan perasaan-perasaan sakit sehingga klien dapat keluar dari situasi yang menyakitkan. Confrontation sering digunakan dalam kegiatan terapi dengan tujuan agar klien dapat menerima perilaku dan dapat menyadari sikap-sikap dan perasaan-perasaannya. Pekerja sosial dapat mengembangkan beberapa pandangannya yang dapat memberikan motivasi kepada klien untuk mengubah perilakunya.

     6.  Conflict
          Konflik merupakan tipe stress yang terjadi manakala klien termotivasi oleh dua atau lebih kebuutuhan dimana yang satu terpuaskan sementara kebutuhan yang lainnya tidak. Konflik merupakan bagian dari hidup dan tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan sehari-hari. Klien membutuhkan pengetahuan bagaimana mengatasinya apabila terjadi perbedaan perasaan yang cenderung meningkat. Pekerja sosial harus menyadari faktor-faktor emosi dan memberikan tempat untuk diungkapkan dan mempergunakan kekuatan-kekuatan untuk kompromi dan menerima pemecahan masalah untuk mencapai perubahan yang lebih baik.

     7.  Manipulation
          Teknik ini merupakan keterampilan pekerja sosial dalam mengelola kegiatan, orang-orang dan sumber-sumber yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah klien. Pekerja sosial harus memperhatikan : kebutuhan dan hak-hak klien untuk terikat dalam tindakan dan pengambilan keputusan; kemampuan klien untuk berpartisipasi; dan membedakan antara kegiatan-kegiatan untuk kepentingan pekerja sosial dengan kegiatan-kegiatan untuk kepentingan klien.



     8.  Universalization
          Teknik ini digunakan melalui penerapan pengalaman-pengalaman dan kekuatan-kekuatan manusia dengan situasi yang dihadapi oleh klien. Tujuan teknik ini adalah : memberikan pengaruh kepada klien yang mengalami situasi emosional yang berlebihan agar menyadari bahwa situasi yang sama juga dihadapi orang lain; menyumbang dan membandingkan pengetahuan tentang cara-cara pemecahannya kepada klien; dan memperkuat hal-hal lainnya yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi klien.

     9.  Advice Giving and Counseling
          Teknik ini berhubungan dengan upaya memberikan pendapat yang didasarkan pada pengalaman pribadi atau hasil pengamatan pekerja sosial dan upaya meningkatkan suatu gagasan yang didasarkan pada pendapat-pendapat atau digambarkan dari pengetahuan professional. Keberhasilan teknik ini ditentukan oleh kemampuan klien mempergunakannya dan kemampuan pekerja sosial membuat assessment yang valid.

   10.  Activities and Programs
          Teknik ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan mengatasi kesulitan yang dihadapi klien melalui suatu sarana tertentu. Klien diberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaan-perasaan tentang kesulitannya dan membawa keluar atau mengatasi secara langsung kebutuhan dan masalah tersebut pada tingkat non verbal atau situasi permainan. Musik, tarian, permainan, drama, kerajinan tangan, merupakan media untuk menggambarkan kebutuhan dan kesulitan yang dihadapi klien. Pekerja sosial harus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dapat membantu memilih media terbaik untuk menyesuaikan kebutuhan-kebutuhan dan situasi-situasi klien.

    11. Logical Discussion   
          Teknik ini digunakan untuk memberikan kemampuan berpikir dan bernalar, untuk memahami dan menilai fakta dari suatu masalah, untuk melihat kemungkinan alternative pemecahannya dan untuk mengantisipasi serta melihat konsekuensi-konsekuensi dalam mengevaluasi hasilnya.

   12.  Reward and Punishment
          Reward diberikan untuk perilaku yang baik dan punishment (hukuman) diberikan untuk perilaku yang buruk. Teknik ini digunakan dengan tujuan mengubah perilaku klien dan pekerja sosial harus memiliki keterampilan khusus untuk mengetahui motif-motif perilaku dan metode penguatan (enforcement).

   13.  Role Rehearsal and Demonstration
          Teknik ini digunakan apabila cara-cara belajar perilaku baru diperlukan. Pekerja sosial dapat meningkatkan fungsi sosial klien melalui latihan penampilan peranan baik melalui diskusi atau permainan peranan atau kedua-duanya. Sebagai pengganti permaianan peranan, pekerja sosial dapat juga mendemonstrasikan bagaimana tindakan-tindakan tertentu dilakukan.

  14.  Group Dynamics Exercise, Group Games, Literary and Audiovisual Materials
         Teknik-teknik ini berupa latihan dinamika kelompok, permainan-permainan kelompok, kepustakaan sederhana dan penggunaan alat-alat audio visual. Penggunaan teknik ini dapat meningkatkan partisipasi klien dalam berbagai kegiatan dalam upaya pemecahan masalah. Pekerja sosial harus mengetahui kapan dan bagaimana menggunakan teknik-teknik ini.

  15.  Andragogy
         Teknik ini dilukiskan sebagai seni dan ilmu pengetahuan untuk membantu klien dewasa belajar. Melalui andragogy, pekerja sosial dapat meningkatkan keberfungsian sosial klien melalui pengungkapan kebutuhan, merumuskan tujuan dan merumuskan pengalaman belajar serta mengevaluasi program klien.

  16.  Counciousness Raising
         Teknik ini berhubungan dengan tugas membangunkan secara positif konsep diri klien yang berkaitan dengan lingkungan dan masyarakatnya. Pekerja sosial dapat menggunakan teknik ini dalam bekerja dengan kelompok klien yang mengalami depresi.

  17.  Konseling
         Konseling adalah inti dari praktek sosial casework. Pelayanan konseling diberikan untuk terapi masalah-masalah emosional dan interpersonal individu dan keluarga. Terdapat tiga tahap dalam konseling, yaitu: (a) tahap membangun relasi, (b) tahap mengeksplorasi masalah secara mendalam; dan (c) tahap mengeksplorasi alternatif-alternatif solusinya. Konseling bagi individu dan keluarga tepat diberikan untuk mengatasi masalah-masalah sosial-emosional, seperti masalah posttraumatic stress disorder.



   18. Intervensi krisis
         Intervensi krisis bertujuan untuk memberikan sebanyak mungkin dukungan dan bantuan kepada individu dan keluarganya, dalam rangka memungkinkan orang yang ditolong mendapatkan kembali keseimbangan psikologis secepat mungkin. Komponen intervensi krisis:
         a. fokus pada penyembuhan spesifik dan dibatasi waktu, dan perhatian pada mereduksi ketegangan dan memecahkan masalah adaptasi;
         b. klarifikasi dan asesmen akurat terhadap sumber stress dan makna stress bagi individu, dan diikuti dengan restrukturisasi kognitif secara langsung;
         c. membantu individu dan keluarga mengembangkan mekanisme pemecahan masalah adaptif;
         d.  berorientasi realitas, mengklarifikasi persepsi kognitif, mengkonfrontasi penolakan dan distorsi, serta memberikan dukungan emosional.
   19.  Terapi Kelompok.
          Terapi kelompok  bertujuan untuk memudahkan penyesuaian diri secara sosial dan emosional (sosial-emotional adjustment) bagi individu-individu melalui proses kelompok. Partisipan biasanya memiliki kesulitan-kesulitan dalam menyesuaikan diri. Terapi ini dioperasikan dengan membentuk tipe-tipe kelompok sesuai kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi. Beberapa tipe kelompok yang kemungkinan relevan untuk masalah-masalah yang dialami oleh individu dan keluarga adalah : (a) kelompok rekreasi yang bertujuan untuk memberikan kesenangan, (b) kelompok rekreasi-keterampilan, yaitu tipe kelompok yang bertujuan selain memberikan kesenangan juga mengembangkan keterampilan-keterampilan; (c) kelompok penyembuhan, yaitu kelompok yang dibentuk untuk menyembuhkan masalah-masalah sosial-emosional; (d) kelompok sosialisasi, yaitu tipe kelompok yang bertujuan untuk mengajarkan bagaimana seharusnya berperilaku sehingga tercapai penyesuaian diri; (e) kelompok pelatihan kepekaan, yaitu tipe kelompok yang bertujuan untuk melatih orang-orang yang tidak peka menjadi peka.
  20.   Penyuluhan
          Penyuluhan merupakan teknik yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran individu dan keluarga terhadap suatu masalah dan bagaimana cara mengatasinya. Sasaran penyuluhan adalah peningkatan kemampuan kognitif dengan memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan. Bagian-bagian penting dari setiap perubahan yang terjadi dalam keberfungsian sosial orang diakibatkan oleh perubahan-perubahan kognitif. Perubahan kognitif sering diikuti dengan perubahan-perubahan sikap dan perilaku. Oleh karena itu, untuk mengubah perilaku dapat dilakukan dengan mengubah kognitifnya.
21. Mediasi
    Mediasi adalah suatu teknik untuk menghubungkan individu dan keluarga dengan sistem sumber. Setiap pemecahan masalah memerlukan sistem sumber. Sistem sumber kadang-kadang tidak responsif terhadap masalah dan kebutuhan pemerlu pelayanan. Oleh karena itu, mediasi diperlukan untuk menghubungkan individu dan keluarga dengan sumberdaya-sumberdaya yang terdapat di lingkungan.