TUGAS PENYULUHAN SOSIAL
“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BELAJAR”
Dosen Pembimbing :
Dra.Neni Kusumawardani, MS
Oleh :
Yuyun yulia 10.04.182
Wahyu J.Sulistiono 09.04.134
Jemmy
Defriyansyah 10.04.094
Dwi putri larasati 09.04.003
Ludgardis bupu 10.04.354
SEKOLAH
TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG
2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
Segala puji hanya milik Allah. Kami memuji-NYA, memohon pertolongan-NYA, dan
memohon ampunan-NYA. Kami berlindung kepada Allah dari segala kejahatan dari
diri kami dan dari perbuatan buruk kami.
Siapa yang
diberi petunjuk oleh Allah, maka tak ada yang dapat menyesatkannya, dan siapa
yang disesatkan oleh Allah, maka tak ada yang bisa memberinya petunjuk.
Dan dengan
Rahmat dan Karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok ini, dan kami ucapkan terimakasih
kepada ibu Neni Kusumawardani selaku dosen Mata kuliah Penyuluhan Sosial
Meskipuan tidak sempurna dan masih banyak
kekurangannya, karena kesempurnaan itu hanya milik Allah.
Kami berharap kritik dan saran yang
membangun. Dan semoga proposal ini ada manfaatnya bagi kita semua terutama bagi
penulis sendiri.
Akhir kalam, semoga segala amal dan kebaikan kita semua diterima dan
selalu diridhai Allah SWT. Amin…
Bandung,
April 2012
DAFTAR ISI
Hal
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………………….….………………..
i
Daftar
isi……………………………………………………………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………………….….1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………………………………………………3
B. Tujuan Penulisan.…………………………………………….……………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….……………………………...............……4
A. Tujuan Belajar…....…………………………………………………………………………….…………………………………4
B. Tingkat Aspirasi.…………………………………………………………………………….…………………………………...5
C. Pengertian Hal Yang Di Pelajari……………………………………………………….…………………………….......5
D. Pengatahuan Tentang Keberhasilan Dan Kegagalan…….……………….…………………………………….6
E. Umur Individu........……………………………………………………………………………………………………………..7
F. Kapasitas Belajar.................………………………………………………………………………………………….......7
G. Bakat
.....................................................................................................................................10
BAB III
PENUTUP.................................................................................................................................11
Kesimpulan ..................................................................................................................................11
Daftar
Pustaka…………………………………………………………………………………………………………………..……….….. 12
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyuluhan
adalah suatu bidang keilmuan yang didasarkan pada pendekatan pendidikan non
formal melalui proses pembelajaran dan penyadaran bagi masyarakat, seseorang
kelompok, komunitas, maupun masyarakat yang dimana dapat melakukan perubahan
perilaku kearah yang lebih baik dengan menggunakan prinsip-prinsip secara
teoritis, konseptual, maupun normatis. Pengertian dari penyuluhan adalah proses perubahan
sosial, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan semua
“stakeholders” agribisnis melalui proses belajar bersama yang
partisipatip, agar terjadi perubahan perilaku pada diri setiap individu dan
masyarakatnya untuk mengelola kegiatan agribisnisnya yang semakin produktif dan
efisien, demi terwujudnya kehidupan yang baik, dan semakin sejahtera secara
berkelanjutan (Mardikanto, 2003)
Penyuluhan
sosial adalah proses untuk memberi penerangan kepada masyarakat tentang segala
sesuatu yang belum diketahui dilaksanakan dalam rangka peningkatan
kesejahteraan masyaraka. Melalui penyuluhan sosial dapat dilakukan kegiatan
informasi,komunikasi dan edukasi dalam rangka penyiapan sosial, pemantapan
sosial, pengembangan sosial dan peningkatan partisipasi sosial. Peran
Penyuluhan Sosial dalam penanganan masalah sosial melalui model dan
strategi sebagai berikut :
1.
Pelayanan Pengembangan
(developmental services) untuk menumbuhkan berbagai sumber-sumber dan potensi
yang dimiliki oleh kelompok masyarakat baik yang bersifat individu,
kelompok, maupun yang bersifat sosial termasuk pengembangan keserasian berbagai
peraturan perundang-undangan yang ada, standarisasi, akreditasi.
2.
Penanganan masalah-masalah yang berskala makro, penyuluhan sosial diarahkan
pada isu-isu berskala makro, mendasar dan mempunyai cakupan nasional atau
berdampak positif terhadap penanganan permasalahan sosial secara lintas sektor.
3.
Pendekatan desentralistik (bottom up) sesuai dengan Undang-undang
No.32 tahun 2004, untuk masa yang akan datang. Penyuluhan Sosial harus
menerapkan pendekatan desenralistik yang bertumpu pada kebutuhan-kebutuhan,
aspirasi-aspirasi, sumber-sumber dan potensi serta kebiasaan-kebiasaan yang
dimiliki oleh masyarakat setempat, membangun jaringan kerjasama dengan pemda
untuk dapat merumuskan suatu pelayanan sosial yang beroreantasi pada kebutuhan,
sumber dan potensi masyarakat lokal.
4.
Pendekatan masyarakat sejahtera, dimasa mendatang penyuluhan sosial
berperan sebagai fasilitator dan motivator dalam meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk tumbuh berkembang dalam pembangunan kesejahteraan sosial.
5.
Pendekatan modal sosial (social capital) di masa mendatang penyuluhan
sosial harus berupaya menggali modal sosial dalam masyarakat. Banyak
permasalahan sosial yang belum terjangkau pelayanankarena kemampuan modal
ekonomi pemerintah yang sangat terbatas.
6.
Peranan sebagai role marker. Dimasa mendatang Penyuluhan Sosial perlu
melakukan “ role making” yaitu mengembangkan peran baru yang dapat mengatasi
dan menjawab berbagai masalah yangsifatnya mendasar, dan meningkatkan peranan
“agent of change” dalam pembangunan tersebut.
7.
Penanganan masalah bersifat sosial, seperti masalah disintegrasi bangsa,
pembangunan niali-nilai sosial budaya perlu mendapat perhatian dalam penyuluhan
sosial.
8.
Pengembangan SDM Penyuluhan Sosial, pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia
penyuluhan sosial yang profesional perlu ditingkatkan, baik melalui jalur
pendidikan formal maupun melalui pendidikan non formal yaitu pelatihan
struktural, teknis dan
fungsional.
Penyuluhan sebagai proses komunikasi pembangunan, penyuluhan tidak
sekadar upaya untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan, tetapi yang lebih
penting dari itu adalah untuk menumbuh kembangkan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan (Mardikanto, 1987). Anwar (2000) menjelaskan fungsi-fungsi penyuluhan yang
perlu diarahkan untuk:
a.
Pemberdayaan masyarakat,
khususnya untuk peningkatan mutu sumberdaya manusia.
b.
Pengembangan partisipasi
masyarakat dalam beragam aspek pembangunan
c.
Bersama-sama institusi dan
pakar-pakar terkait mendukung perencanaan pembangunan daerah.
B. Tujuan
1.
Penjelasan tentang pengertian penyuluhan sosial
2. Penjelasan pengertian tujuan belajar,
tingkat partisipasi, hal yang dipelajari, pengetahuan keberhasilan dan
kegagalan, umur individu, kapasitas belajar, dan bakat
3. Penjelasan contoh tentang tujuan
belajar, tingkat partisipasi, hal yang dipelajari, pengetahuan keberhasilan dan
kegagalan, umur individu, kapasitas belajar, dan bakat.
BAB
II
PEMBAHASAN
Faktor-faktor psikologis yang
mempengaruhi proses belajar
A. Tujuan belajar
Beberapa
Tujuan belajar perlu diketahui oleh siswa, agar siswa siap menerima materi
pelajaran, seperti apa yang dijelaskan Winarno Surachman (1994:99):
Ø Mengetahui
apa yang sebelumnya tidak diketahui.
Ø Menambah
wawasan dan pengetahuan
Ø Membimbing
akhlak dan sikap seseorang.
Ø Mengetahui
berbagai keterampilan.
Belajar
membuat kita menjadi paham tentang
sesuatu yang kita pelajari. Belajar merupakan hasil pikiran. Pikiran adalah
pekerjaan yang dilakukan oleh otak atau fungsinya otak, system operasi. Pikiran
dan kepaham menghasilkan pemikiran. Pemikran adalah hasil dari pikiran atau
aplikasi yang bekerja pada system operasi tersebut. Paham dan pemikiran
membutuhkan Representasi Mental (RM)
Faktor
yang mempengaruhi proses belajar adalah sebagai berikut :
1.
Kondisi fisik yang
tidak mendukung, sangat mempengaruhi keadaan belajar karna menjadi penentu
masuknya pelajaran agar mudah dimengerti.
2.
Cara belajar,
dengan teknik yang digunakan dapat mempengaruhi karena menjadi sebuah kebiasaan
untuk mengolah proses belajar sehingga seseorang merasa nyaman dalam belajar
3.
Konsentrasi yang
kurang, pikiran yang terlalu banyak dan tak terkontrol dengan
4.
Minat terhadap
pelajarannya, kesukaan sesorang terhadap pelajaran yang akan dipelajari
sehingga membuat sesorang lebih memahami apa yang akan ia pelajari.
Contoh : Belajar
di sekolah perlu diarahkan pada suatu cita-cita tertentu, cita-cita yang
diperjuangkan dengan berbagai macam kegiatan belajar. Tujuan belajar perlu
diketahui oleh siswa, agar siswa siap menerima materi pelajaran tujuan itu
penting anda ketahui terlebih dahulu, sebab jika anda sudah mengetahui tujuan
itu maka mental anda pun akan siap menerima, mengolah dan mengatur semua mata
pelajaran sesuai dengan tujuan itu.
B. Tingkat
Aspirasi
tingkat
aspirasi adalah ingatan sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan, dan
memanggil kembali informasi/kesan. Untuk lebih jelasnya, dapat digambarkan
bahwa aspirasi timbul dari dalam dirio seseorang yang harus dikeluarkan melalui
proses komunikasi yang baik, dalam proses belajar pun terdapat tingkatan
aspirasi yang dapat menjadikan proses
pembelajaran itu lebih bermakna dan dipahami lagi: Berdasarkan pengertian
tersebut maka ingatan yang baik apabila:
a.
dapat dengan cepat atau mudah untuk menerima/mengecamkan
b.
dapat dengan teguh/lama dan banyak dalam menyimpan
c.
dapat dengan cepat memanggil kembali
contoh
: seseorang yang sedang membaca atau mendengar suatu informasi, setelah selesai akan muncul aspirasi atau pemikiran
yang ada didalam didalm dirinya sehingga muncul sebuah respon
C.
Pengertian
tentang hal yang dipelajari
Dalam pengertian tentang hal dipelajari adalah
sesuatu hasil belajar sehingga mendapatkan ilmu dan informasi yang menjdi bahan
yang dipelajari, menurut Dick dan Reiser
(1989:11)mengemukakan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil
kegiatan pembelajaran, yang terdiri dari empat jenis, yaitu: pengetahuan,
keterampilan intelektual, keterampilan motor dan sikap. banyak referensi baik melalui media baca, media proses belajar mengajar,pengalaman,
dan media elektronik untuk mencari model bahan yang akan dipelajari.
Contoh : pekerja sosial melakukan sebuah asesmen
dalam mencari dan menemukan solusi pemecahan masalah hal tersebut telah
dipelajari oleh pekerja sosial dibangku pendidikan. Contoh lain ketika kita
mempunyai pengalaman dalam masa lalu misalnya ketika gugup saat berhadapan
dengan orang lain karena terus menerus diulangi maka hal tersebut menjadi
terbiasa dalam proses belajar oleh pengalaman.
D.
Pengertian tentang
keberhasilan dan kegagalan
Pengertian belajar membutuhkan
latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari dapat dikuasai, Belajar
harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan atau
hasil. Belajar dianggap berhasil
apabila sipelajar, telah sanggup mentransferkan atau menerapkannya ke dalam
bidang praktek sehari-hari. Disamping itu ada proses belajar yang dikatakan gagal adalah sebuah kemenangan yang
tertunda atau keinginan kita yang belum tercapai. Biasanya kegagalan disebabkan
karena kita tidak mengetahui definisi atau arti dari belajar. Maksudnya, kita
tidak tahu apakah yang dimaksud dengan belajar, hal-hal yang kita dapatkan
setelah belajar, apakah kita butuh belajar atau tidak. Selanjutnya adalah
eliminasi yang berarti membersihkan diri dari pemikiran yang meyakinkan kita
bahwa sebuah keinginan yang ingin kita capai sangatlah susah, empower yaitu
kita tidak mengetahui bagaimana cara untuk berkonsentrasi, menambah memori,
membaca, spiritualitas, dan kreatifitas.
Contoh
: bila seseorang yang mengikuti sebuah penyuluhan dan dapat mengikuti proses
penyuluhan dengan baik dan mengikuti apa yang telah diberikan oleh penyuluh
sehingga mendapatkan manfaat untuk kehidupannya itu dapat dikatakan berhasil. Contoh bila proses belajar itu
dikatakn gagal jika dalam hasil belajar seseorang tidak dapat menerapkan dan
manfaat untuk kehidupannya misalnya siswa yang telah belajar saat ujian namun hasil
belajarnya kurang memuaskan.
E.
Umur individu
Dalam pencarian ilmu maupun mencari suatu informasi
tentunya ada proses belajar didalamnya, hal tersebut berkaitan dengan umur
seseorang dalam pencarian ilmu itu karna tingkatan umur sesorang dapat
mempengaruhi hal apa yang akan dipelajari dan tingkatannya pun serta kesulitan
dalam belajarnya.
Contoh : pemberian bahan ajar untuk anak yang
berusia 6 tahun atau SD tentu berbeda dengan bahan ajar yang akan diberikan
oleh mahasiswa, karena kemampuannya tentu berbeda.
F.
Kapasitas Belajar
Pengertian kapasitas belajar adalah Suatu
gagasan, Suatu konsep, Suatu model, Suatu kerangka. Merupakan suatu
penyelidikan untuk meningkatkan kemampuan pelajar untuk belajar dengan baik
secara nyata. Ada 4 Kapasitas belajaradalah:
1. Resilience (Daya pegas)
1. Resilience (Daya pegas)
2.
Resourcefulness(Kecerdikan)
3.
Reflectiveness(Refleksi)
4.
Reciprocity(Timbal balik)
Penjelasan
1. Daya
pegas - Pelajar siap, rela dan mampu terus belajar.
Gaya pegas disusun oleh empat komponen : Perhatian penuh - Untuk belajar yang baik, pelajar telah lebih dulu terlibat dengan obyek pelajaran dan memelihara perhatian tanpa bermaksud menguasai.
Mengelola gangguan - Ada sejumlah hal dapat menimbulkan gangguan, seperti rasa lapar, kecemasan, dan kelelahan. BLP bertujuan untuk membantu pelajar menjadi sadar akan sumber gangguan yang mungkin dan bagaimana mereka dapat menguranginya.
Perhatian - Pelajar yang baik adalah trampil dalam memperhatikan. Mereka mempunyai suatu kemampuan untuk memperhatikan hal yang penting secara detil. Usaha keras - Ciri ini secara sederhana menuju ke suatu kemampuan pelajar untuk memahami bahwa sesuatu tidak datang dengan mudah dan bahwa sesuatu kesulitan pada umumnya berhadiah sukses pada akhirnya.
Gaya pegas disusun oleh empat komponen : Perhatian penuh - Untuk belajar yang baik, pelajar telah lebih dulu terlibat dengan obyek pelajaran dan memelihara perhatian tanpa bermaksud menguasai.
Mengelola gangguan - Ada sejumlah hal dapat menimbulkan gangguan, seperti rasa lapar, kecemasan, dan kelelahan. BLP bertujuan untuk membantu pelajar menjadi sadar akan sumber gangguan yang mungkin dan bagaimana mereka dapat menguranginya.
Perhatian - Pelajar yang baik adalah trampil dalam memperhatikan. Mereka mempunyai suatu kemampuan untuk memperhatikan hal yang penting secara detil. Usaha keras - Ciri ini secara sederhana menuju ke suatu kemampuan pelajar untuk memahami bahwa sesuatu tidak datang dengan mudah dan bahwa sesuatu kesulitan pada umumnya berhadiah sukses pada akhirnya.
2. Kecerdikan
- Pelajar siap, rela dan mampu belajar dalam cara yang berbeda, Keingintahuan – Dalam
hal ini pelajar yang baik mempunyai kemampuan untuk bertanya secara baik dan
bekerja secara spesifik.
Membuat hubungan - Pemikiran di sini adalah pelajar yang baik bisa membuat hubungan antara yang telah mereka ketahui dengan pengalaman baru. Imajinasi – Pelajar yang baik bisa melihat cara berfikir yang berbeda. Mereka menggunakan imajinasinya untuk mendukung pelajaran dengan membuat skenario dalam pikiran mereka dengan jalan menghubungkan gambaran itu kepada pelajaran mereka.Penalaran - penelitian menyatakan bahwa pendidikan menengah belum seluruhnya
sukses dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir secara logis di dalam kehidupan nyata. Sumber daya – Secara sederhana, pelajar yang baik terbiasa dan nyaman dengan penggunaan sejumlah sumber daya pada penyelesaian untuk menopang belajar mereka.
Membuat hubungan - Pemikiran di sini adalah pelajar yang baik bisa membuat hubungan antara yang telah mereka ketahui dengan pengalaman baru. Imajinasi – Pelajar yang baik bisa melihat cara berfikir yang berbeda. Mereka menggunakan imajinasinya untuk mendukung pelajaran dengan membuat skenario dalam pikiran mereka dengan jalan menghubungkan gambaran itu kepada pelajaran mereka.Penalaran - penelitian menyatakan bahwa pendidikan menengah belum seluruhnya
sukses dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir secara logis di dalam kehidupan nyata. Sumber daya – Secara sederhana, pelajar yang baik terbiasa dan nyaman dengan penggunaan sejumlah sumber daya pada penyelesaian untuk menopang belajar mereka.
3. Refleksi atau Kemampuan
merenung - Pelajar siap, rela dan mampu menjadi lebih strategis dalam belajar. Perencanaan - Pelajar
yang baik mengatur proses belajar dengan serangkaian teknik, seperti membuat
stok suatu masalah, mengukur sumber daya yang tersedia; membuat suatu perkiraan
waktu belajar yang akan diambil, dan mengantisipasi permasalahan atau rintangan
yang muncul. Meninjau
ulang - Pelajar memiliki harapan yang tak diduga. Oleh karena itu, pelajar yang
baik memiliki kemungkinan untuk berubah arah.
Menyaring - Ini melibatkan berpikir tentang pengalaman sendiri maupun dalam diskusi dengan orang lain, dan melihat pelajaran secara penuh atau generalisasi, hal itu dapat bermanfaat untuk diterapkan dalam situasi baru.
Meta belajar - Ini adalah perluasan dari menyaring. Ini adalah suatu proses pelajar yang baik menuju pembicaraan secara konstruktif tentang proses belajar dan untuk membicarakan bagaimana pekerjaan belajar.
Menyaring - Ini melibatkan berpikir tentang pengalaman sendiri maupun dalam diskusi dengan orang lain, dan melihat pelajaran secara penuh atau generalisasi, hal itu dapat bermanfaat untuk diterapkan dalam situasi baru.
Meta belajar - Ini adalah perluasan dari menyaring. Ini adalah suatu proses pelajar yang baik menuju pembicaraan secara konstruktif tentang proses belajar dan untuk membicarakan bagaimana pekerjaan belajar.
4. Timbal
balik - Pelajar siap, rela dan mampu belajar sendiri atau dengan
orang
lain. Pelajar yang baik
mempunyai kemampuan untuk mendengarkan, mengambil giliran dan memahami sudut pandang
orang lain. Saling
ketergantungan – Pelajar yang baik mengetahui bagaimana cara mengatur
keseimbangan antara saling berinteraksi dan sendiri dalam belajar. Kerja sama – Ini yang
disarankan secara nyata - menjadi mampu bekerja berpasangan atau dalam kelompok
dalam suatu skenario di mana tak seorangpun mengetahui semua jawaban.
Empati
dan Mendengarkan- Ketrampilan mendengar yang baik dapat diajarkan, tetapi ini
adalah bagian penting dari wajah pelajar yang baik.
Peniruan - Kita belajar dengan mempelajari dari yang lain. Jika kita melihat seseorang mengerjakan sesuatu yang baik kita mengenali ini.
Peniruan - Kita belajar dengan mempelajari dari yang lain. Jika kita melihat seseorang mengerjakan sesuatu yang baik kita mengenali ini.
Contoh
: mahasiswa yang mempelajari suatu mata
kuliah “penyuluhan sosial” harus mempunyai
kapasitas dalam memahami
pelajaran mata kuliah tersebut, yang dapat diukur pada saat ujian. Atau Pengajaran
untuk kapasitas belajar " Sekarang, kita menyelidiki kerangka bahwa BLP (badan
lembaga pendidikan) harus dimiliki oleh latar belakang pikiran para guru,
ketika mereka menjelaskan pendekatan kepada para siswa, merencanakan aktivitas
mereka, menafsirkan capaian siswa, dan Pada
pokoknya suatu kerangka bagaimana tutor dapat secara baik berkomunikasi,
mendiskusikan, mendorong, membujuk, menekankan, menyediakan, memimpin, mengatur
dan akhirnya memberi pengajaran para siswa
mereka
bagaimana cara membangun kapasitas belajar mereka.
G. Bakat
Bakat adalah kemampuan
tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan
ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa
“bakat dalam hal ini lebih dekat
pengertiannya dengan kata aptitude yang
berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu.” Kartono
(1995:2) menyatakan bahwa “bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan
kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang
nyata.” Menurut Syah Muhibbin (1999:136) mengatakan “bakat diartikan sebagai
kemampuan individu untuk melakukan tugas tanpa banyak bergantung
pada upaya pendidikan dan latihan.” Dari pendapat di atas jelaslah bahwa
tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang
dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi
belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajat
keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan
prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk
melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan
anak tersebut.
Contoh
: bakat dalam bidang tari suara tentunya memperdalam bakat tersebut harus
dikembangkan melalu berbagai proses pembelajaran dengan bersekolah dibidang
musik atau mencari guru vokal yang dapat mengajarnya teknik bernyanyi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengertian dari penyuluhan
adalah proses perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk
memberdayakan dan memperkuat kemampuan semua “stakeholders” agribisnis
melalui proses belajar bersama yang partisipatip, agar terjadi perubahan
perilaku pada diri setiap individu dan masyarakatnya untuk mengelola kegiatan
agribisnisnya yang semakin produktif dan efisien, demi terwujudnya kehidupan
yang baik, dan semakin sejahtera secara berkelanjutan.terdapata
faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar :
1.
Tujuan belajar,
2.
Tingkat aspirasi
3.
Pengetahuan hal
yang telah dipelajari
4.
Pengetahuan tentang
keberhasilan dan kegagalan
5.
Umur individu
6.
Kapasitas belajar
7.
bakat
Penyuluhan sebagai proses komunikasi pembangunan,
penyuluhan tidak sekadar upaya untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan,
tetapi yang lebih penting dari itu adalah untuk menumbuh kembangkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan (Mardikanto, 1987).
Anwar (2000) menjelaskan
fungsi-fungsi penyuluhan yang perlu diarahkan untuk
:
a. Pemberdayaan masyarakat, khususnya untuk
peningkatan mutu sumberdaya manusia.
b.
Pengembangan partisipasi
masyarakat dalam beragam aspek pembangunan
c. Bersama-sama
institusi dan pakar-pakar terkait mendukung perencanaan pembangunan daerah
DAFTAR PUSTAKA
Mardikanto,
Totok. 1993. Penyuluhan Pembangunan . UNS Press. Surakarta.
. 1994. Bunga Rampai Pembangunan Pertanian.
UNS Press. Surakarta.
. 2001. Perhutanan Sosial. PUSPA.
Sukoharjo.
. 2001. Prosedur Penelitian Penyuluhan
Pembangunan. Prima Theresia Pressindo. Surakarta.
. 2003. Redefinisi
dan Revitalisasi Penyuluhan. Pusat Pengembangan Agrobisnis dan Perhutanan
Sosial. Surakarta.
www.google.com
penyuluhan sosial
www.wikipedia.com
faktor pengaruh belajar